Dengan nama-nama cafe seperti Venizia, Mundo, Hot Kopi, Bar Espresso di setiap blok, kota Benghazi hanya menggambarkan warisan kolonial Itali, yang sangat menyenangkan. Dulu, di masa pendudukan penjajah Itali, di tempat ini sebagian penduduknya mengalami kebrutalan penjajah yang sangat, di tahun 1930-an.
Model bangunan kota Benghazi bercorak neo-Baroque, artistik gedung bioskop, dan keindahan tempat-tempat belanja, para perancang kota di tepi laut Mediterania itu mengabungkan antara kota Itali modern dengan kota-kota tua di era Ottoman, dan jalan-jalan yang berbentuk kotak.
Tahun 195i, Libya mencapai kemerdekaan, dan mengalami booming minyak pada tahun 1970-an, serta sangat berpengaruh bagi perkembangan kota Benghazi, perlahan-lahan mengubah arsitektur yang tradisional bergaya Ottoman, kemudian menjadi bercorak modern seperti kota-kota di Eropa. Dengan gedung yang menjulang, seperti kantor bank dan hotel-hotel bertarap internasional yang menggunakan arsitektur modern.
Meskipun sebagian besar Libya adalah gurun pasir yang membentang luas, tetapi Benghazi dikelilingi oleh perbukitan hijau, pantai putih, dan air biru. Namun, Benghazi yang sudah mulai dimasuki budaya Eropa dengan cappucino, alkohol yang mestinya dilarang di Libya, sangat mudah membayagkan bagaimana kota pantai yang indah itu, mulai menjadi berubah, mirip seperti di Eropa, walaupun letaknya tetap di Afrika Utara.
Namun kenyataannya Benghazi, yang sudah bergaya Itali itu sekarang menjadi simbol perlawanan terhadap rezim Muammar Kolonel Gaddafi. Benghazi juga menjadi simbol penolakan dan penistaan terhadap diktator dan otokrat Gadhafi, yang penuh dengan megalomania, dan tidak memiliki kemampuan mengelola negara.
Dari kota yang bergaya Eropa – Itali ini, gerakan "Revolusi" menggelegak, akibat dari penguasa yang megalomania, dan tak mengenal rakyatnya. Dari kota ini perang dimulai dengan penuh heroisme. Perang melawan penguasa di negaranya yang tak lagi memiliki legitimasi. Kota tua yang dengan arsitektur modern, Benghazi menjadi denyut perubahan yang menyeluruh di benua Afrika.
Bila pemberontakan kaum oposisi mencapai kemenangannya, maka seluruh dunia Arab dan Afrika Utara akan ikut mengalami perubahan. Benghazi akan menjadi ‘lonceng’ kematian seluruh otokrat dan diktaor serta despotis, yang megalomania, dan menjadikan kekuasaan sebagai tuhannya. (mh/aljz)