Perhimpunan Ulama Islam Internasional akhirnya menyatakan, upaya dialog dengan Vatikan telah berakhir. Hal itu terkait dengan penolakan Paus Benediktus XVI untuk memperbaiki kekeliruan yang dilakukannya terhadap ajaran Islam. Perhimpunan Ulama Islam Internasional lebih lanjut menyerukan kaum Muslimin untuk melakukan aksi solidaritas kebersamaan di berbagai masjid, selama satu jam, setelah shalat Jum’at yang bertepatan dengan 29 Sya’ban atau satu hari sebelum Ramadhan 1427.
Selain itu, mereka juga menghimbau kaum Muslimin untuk mengirimkan surat elektronik ke Vatikan untuk menyatakan penolakan atas sikap yang diambil Paus Vatikan.
Hari Kamis (21/9), sekjen Perhimpunan Ulama dan Pakar Islam DR. Muhammad Salim Al-Awa mengatakan, “Berbagai lini yang terkait dengan Vatikan dan termasuk Organisasi Sant Diego yang berada di bawah koordinasi Vatikan, menyampaikan kepada saya secara resmi, bahwa Paus Benediktus menolak memberi perubahan sebagaimana yang diminta oleh Perhimpunan Ulama Islam Internasional. Kami telah meminta Paus untuk memasukkan beberapa kalimat perbaikan dalam ceramahnya dengan menghapus istilah yang menyakiti kaum Muslimin.”
Ia juga mengatakan, “Berdasarkan hal ini, Perhimpunan Ulama Internasional kembali mengajak kaum Muslimin untuk melakukan protes atas sikap Paus dan menyatakan tidak rela bila agamanya diburukkan dan nabi mereka dihina. Aksi protes itu dilakukan pada hari Jum’at bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1427 atau 22 September 2006.
Menurut Sekjen Perhimpunan Ulama Internasional, sebelum ini, ketua organisasinya telah menegaskan digelarnya aksi protes damai dan beradab, dalam konteks yang sama. “Kami menyerukan kaum Muslimin di berbagai masjid untuk saling berpegangan tangan kurang lebih satu jam setelah shalat Jum’at. Hendaknya jalan-jalan kota kaum Muslimin sepi dari lalu lalang orang untuk menyatakan mereka tidak rela dan memprotes keras sikap Paus yang memburukkan ajaran Islam,” ujar Al-Awa.
Dalam keterangannya, ia juga menyampaikan bahwa dunia Islam kini menghadapi ujian baru terkait Paus baru Vatikan. “Tampaknya tokoh ini tidak mengenal dialog. Khususnya ia sendiri telah menutup wilayah dialog di Vatikan, langsung setelah ia diberi mandat sebagai Paus. Singkatnya, orang ini sombong dan abai terhadap perkataannya yang menyakitkan kaum Muslimin. Ia juga tidak menghormati perasaan satu setengah milyar umat Muslim di dunia,” tambahnya.
Terkait pengiriman surat elektronik berisi protes, dijelaskan bisa dikirimkan ke email [email protected] guna memperkuat desakan dan penyesalan atas prilaku Paus Vatikan. Email itu milik radio resmi Vatikan yang kerap menyambung lidah Paus dan gereja, dengan salah satu prinsip yang diangkat oleh radio resmi itu adalah “Suara Paus dan Gereja untuk Dialog dengan Dunia”. Meski kenyataannya sikap Paus masih belum bisa dikatakan selaras dengan prinsip tersebut. (na-str/iol)