Eramuslim.com – Afghanistan mengalami perubahan situasi politik dan keamanan yang membelalakkan mata dunia.
Taliban merangsek Istana senyampang Presiden Ashraf Ghani kabur duluan ke negara tetangga.
Apakah ini revolusi berdarah? Taliban memang punya reputasi buruk termasuk membunuh mantan Presiden Najibullah, menyeret mayatnya, dan menggantungnya di Kabul, 1996 silam. Namun kali ini, setidaknya perubahan tidak disertai tindakan semengerikan itu.
Perubahan terbaru di tahun 2021 ini tergolong cepat. Taliban menyatakan ingin peralihan kekuasaan damai saja.
“Dalam beberapa hari ke depan, kami menginginkan transfer damai,” kata juru bicara kelompok Taliban yang berbasis di Qatar, Suhail Shaheen kepada BBC, seperti dilansir AFP, Minggu (15/8).
Pada Minggu (15/8) waktu setempat, Taliban benar-benar masuk ke Kabul. “Pagi ini Imarah Islam (Taliban) mengeluarkan pernyataan bahwa pasukan kami berada di luar kota Kabul dan kami tidak ingin memasuki Kabul melalui cara militer,” kata Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Ashraf Ghani ternyata sudah duluan pergi ke Tajikistan. Ashraf Ghani seolah mengibarkan bendera putih, menyerah kepada kelompok bersenjata itu. Kendati begitu, Ghani menyebut langkahnya keluar Tanah Air adalah mencegah hal buruk.
“Mencegah banjir pertumpahan darah,” kata Ghani seperti dilansir AFP, Senin (16/8).