Belum Habis Anti-Semit, Lahirlah Anti-Zionis


Bulan Januari silam, di sebuah simposium di UCLA, empat orang ahli diundang untuk menganalisis kondisi HAM di dunia saat ini sehubungan dengan paham anti-Semit yang tengah merebak.

Selain itu, simposium ini membahas juga tentang konsep dua negara Israel dan Palestina.

Keempat orang ini, dari latar belakang yang berbeda, mengecam keberadaa Israel, mempertanyakan misi mereka, dan memarjinalkan karakter, kelahiran dan konsepsinya.

Bahkan semua hadirin dalam simposium itu sepakat bahwa "Zionisme adalah Nazi" dan bahkan lebih buruk daripada itu.

Para pemimpin Yahudi mengecam "festival kebencian" akan Yahudi ini dan menganggapnya sebagai histeria anti-Semit. Simposium itu sampai sekarang meninggalkan efek berkepanjangan di antara mahasiswa di UCLA khususnya, dan masyarakat AS umumnya.

Penyelenggara simposium ini, beberapa orang di antaranya adalah Yahudi, dianggap berlindung atas nama kebebasan akademik dan berargumen bahwa anti-Zionisme bukanlah anti-Semit.

Perkembangan ini jelas membuat orang Yahudi semakin terjepit. Jika anti-Semit hanya menolak bangsa Yahudi, sekarang orang AS benar-benar tidak mengakui keberadaan negara Zionis alias Israel. Bagi orang Yahudi ini jelas sebuah paham dan gerakan yang sangat membahayakan daripada sekadar anti-Semit.

Anti-Zionis memotong keberadaan sejarah Yahudi dengan Prancis, Spanyol dan Palestina secara kolektif yang memang dianggap mempunyai kepentingan dalam perkembangan Yahudi selama ini. Anti-Semit menolak persamaan Yahudi sebagai ras manusia, sedangkan anti-Zionis menolak Israel sebagai negara yang setara di dunia dengan negara-negara lain.

(sa/yn)