Eramuslim.com – Seorang pengungsi asal Suriah yang mendapat izin tinggal di Melbourne, Australia memulai sebuah majalah yang akan memberikan perspektif mengenai negaranya, yang telah menjadi sumber konflik selama beberapa tahun terakhir.
Suriah merupakan negara berpenduduk 22 juta jiwa dan telah memiliki peradaban bahkan sebelum munculnya agama Kristen. Namun PBB sekarang memperkirakan 11 juta penduduknya telah meninggalkan negeri itu setelah adanya konflik sipil dan jutaan orang masih berada di dalam negeri memerlukan bantuan segera.
Setelah tinggal di Melbourne selama beberapa bulan, Norma Medewar yang bekerja sebagai pemandu wisata di Suriah sebelum perang menyadarai betapa minimnya pengetahuan warga Australia mengenai negerinya. Dengan bantuan dari AMES, sebuah pusat pendidikan bagi migran dewasa, Medewar memulai penerbitan sebuah majalah mengenai negerinya berjudul Beloved Syria.
“Ada dua tujuannya. Memberikan pengetahuan mengenai Suriah kepada warga Australia, bagaimana kehidupan kami, apa yang kami percayai, dan bahwa kita semua sama. Saya berharap proyek ini akan berhasil dan saya berharap kami akan bisa menunjukkan wajah sebenarnya dari Suriah kepada dunia,” katanya.
Medewar mengalami sendiri kekejaman perang di Suriah. Pamanya diculik di 2012, dan sepupunya terbunuh. Kakak iparnya Jack Dawli juga hampir saja dieksekusi setelah kelompok militan pemberontak yang sedang mencari pendukung pemerintah menghentikan bus yang ditumpanginya di dekat Aleppo.
‘Terima kasih Australia’
Dawli dan Medewar meninggalkan Suriah 18 lalu bersama istri Dawli dan anak perempuan mereka. Keluarga itu sekarang bermukim di Melbourne.
Dawli mengatakan para militan tersebut membuka dompet dan ponsel para penumpang bus untuk mencari informasi dan kemudian menurunkan dua orang pria. “Saya ketakutan. Saya sedih dan khawatir. Saya khawatir akan nasib keluarga, istri dan anak saya. Saya bersyukur sekarang. Terima kasih Australia. Terima kasih warga Australia,” katanya.
Australia sudah berjanji menerima 12 ribu pengungsi asal Suriah, di luar jumlah pencari suaka tahunan yang akan diterima.
Walau mereka sudah aman di sini, konflik yang terus terjadi di Suriah terus menjadi sumber kesedihan mendalam bagi Dawli dan Medewar.
“Kami ingin melihat Suriah setelah perang. Kami ingin Suriah bersatu lagi seperti sebelumnya. Warga Kristen, Islam dan penganut agama lain bersatu seperti sebelumnya,” kata Medewar.
Majalah Menekankan pada Kesamaan Australia dan Suriah
Medewar mengatakan dia berharap majalah baru ini akan membantu warga Australia memahami Suriah lebih baik. Diperlukan persiapan tujuh bulan untuk menerbitkan edisi pertama, dan berisi cerita dari warga Suriah baik yang masih berada di sana maupun yang sudah pindah.
Majalah ini berisi puisi, gambar dan cerita mengenai kehidupan dan budaya di sana untuk tetap mempertahankan budaya Suriah bagi diaspora di luar. Medewar mengatakan warga Australia dan Suriah tidak banyak memiliki perbedaan.
“Saya berharap juga ketika bangun di satu hari dan perang berakhir dan saya bisa mengatur perjalanan warga Australia ke Suriah,” katanya.
Salah seorang yang diajar Norma mengenai budaya Suriah adalah keponakannya Leo, putra Dawli. Leo dilahirkan di Australia dan generasi mereka akan menjadi kunci bagi pembangunan kembali Suriah ketika perdamaian tercapai.
Namun sampai hari itu tiba, Dawli mengatakan dia akan tetap tinggal di Australia dan dia berharap akan bisa membayar utang terhadap apa yang sudah diberikan negeri ini kepadanya. “Saya suka Australia. Ini negeri yang indah. Saya ingin membantu Australia bila saya mampu. Saya berharap anak-anak saya akan bisa membantu Australia.” katanya.
Sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/penerbitan-mengenai-suriah-di-australia/7960134
(jk/rol)