Belasan Ribu Korban Gempa Pakistan Butuh Bantuan Segera

Upaya penyelamatan korban gempa bumi di Pakistan masih terus dilakukan. Militer Pakistan mengerahkan sekitar 250 pasukannya dan dua helikopter ke Ziarat, daerah yang paling parah terkena dampak gempa. Aparat Pakistan menyatakan, jumlah korban tewas terus bertambah dan sudah mencapai 200 orang lebih. Sementara lebih dari 15.000 warga kehilangan rumahnya.

Tim bantuan dan tim medis yang tiba di provinsi Baluchistan setelah gempa terjadi mengatakan, gempa berkekuatan 6,4 skala Richter menyebabkan warga panik dan gedung-gedung roboh. Banyak korban tewas akibat tertimpa reruntuhan bangunan.

Ketua Otoritas Manajemen Bencana Nasional Pakistan, purnawirawan letna jenderal Faruq Ahmed mengatakan, bantuan berupa tenda-tenda, selimut dan makanan sudah dikirim bersama tim medis ke lokasi gempa. Namun mereka masih membutuhkan lebih banyak lagi tenda, makanan dan tenaga dokter untuk merawat korban luka.

Rumah sakit di Ziarat dipenuhi oleh jenazah korban tewas dan luka. Dokter Mohammed Irfan, salah seorang dokter di rumah sakit itu mengatakan, rumah sakit sudah penuh dan mereka kewalahan merawat para pasien. Pejabat Pakistan lainnya, Sohail ar-Rahman mengatakan, mereka juga harus segera menyediakan tempat bagi 15.000 korban yang kehilangan rumahnya dan menguburkan jenazah korban meninggal.

"Kami tidak bisa membiarkan jenazah di tempat terbuka. Makam-makam sedang digali dengan menggunakan excavator," kata ar-Rahman.

Gempa yang mengguncang wilayah utara dan selatan provinsi Baluchistan, termasuk Quetta hari Rabu kemarin menyisakan duka bagi para korban yang selamat, tapi kehilangan rumah dan anggota keluarganya.

"Saya kehilangan seorang anak lelaki dan enam orang anaknya. Dua cucu perempuan dan seorang cucu laki-laki saya juga meninggal. Mereka semua sedang tidur di kamar masing-masing, sedangkan saya berada di kamar lain. Ketika gempa terjadi, saya berlari dan menggedor kamar mereka. Tapi tiba-tiba atap di kamar itu runtuh," kata Sardar Khan, seorang kakek berusia 70 tahun.

Selain kehilangan anak dan cucu-cucunya, menantu perempuan Khan juga dalam kondisi kritis di rumah sakit Quetta. "Entah bagaimana saya menceritakan padanya, bahwa suami dan anak-anaknya sudah tiada. Saya tidak tega mengatakannya," ujar Khan dengan bercucuran air mata.

Banyak warga Pakistan yang senasib dengan Khan, kini sedang menanti bantuan. Terutama mereka yang selamat dan belum mendapatkan tempat untuk bernaung, padahal cuaca di luar sangat dingin.