Gejolak ekonomi Turki itu telah menimbulkan kekhawatiran dan dampaknya bagi Qatar.
Dalam beberapa hari terakhir, Qatar mendukung Turki dengan memulai kampanye publik di Doha untuk mengubah Riyal mereka menjadi Lira dalam upaya untuk menopang mata uang Turki yang sedang jatuh.
Kedua negara ini telah menjadi mitra ekonomi dan politik yang dekat dalam beberapa waktu terakhir.
Doha memiliki investasi senilai $ 20 miliar di Turki, angka resmi menunjukkan bulan lalu, dan Ankara kini menjadi salah satu eksportir teratas di emirat itu.
Sheikh Tamim adalah pemimpin negara pertama yang menelepon dan memberi dukungan Presiden Erdogan selama kudeta yang gagal di Turki pada tahun 2016.
Sementara Ankara telah secara mencolok mendukungan Doha ketika Qatar diisolasi empat Negara Telu pimpinan Saudi.
Turki telah diguncang dalam beberapa hari terakhir oleh penurunan tajam nilai Lira atas dolar, setelah Presiden AS Donald Trump menulis di twitter 10 Agustus 2018, bahwa Washington mengancam akan menggandakan tarif aluminium dan baja untuk Ankara.
Sebagaimana diketahui, penahanan Pastor Andrew Brunson membuat hubungan Turki dan AS memanas, lebih-lebih setelah Washington menjatuhkan sanksi ke Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu dan Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul karena tidak bersedia membebaskan Brunson.
Penggandakan tarif aluminium dan baja Turki serta memicu anjloknya nilai tukar lira terhadap dolar diduga ulah Amerika sejak Jumat pekan lalu, yang disebut Erdogan sebagai ‘tikaman dari belakang’.
Membalas aksi negeri Paman Sam ini, Presiden Recep Tayyip Erdogan memboikot produk elektronik dari Amerika Serikat. [hidayatullah.com]