Kendatipun kita tidak mengetahui apakah syair-syair Persia juga diterjemahkan mentah-mentah ke dalam bahasa Arab, namun semua itu telah membawa perubahan dan pengaruh yang signifikan dalam memberi jiwa syair-syair bahasa Arab.
Pada periode itu pula muncul tokoh-tokoh besar dan ulama kenamaan serta buku-buku yang tidak ternilai harganya, yang semuanya telah mengantarkan kemuliaan bahasa Al-Qur’an itu sendiri.
Abu Hanifah dan murid-muridnya muncul sebagai tokoh dalam ilmu Syari’at, Imam Sibawaih terkenal dengan bidang pembukuan gramatika (nahwu), Ibnul Muqaffa’ di bidang prosa, dan Bisyar serta tentu saja—Abu Nawas di bidang syair.
Dari sini pula berkembang ilmu ilmu yang lain, seperti filsafat, kedokteran, metafisika, fisika, dan lain-lain sehingga menjadi sebuah warisan adiluhung yang berlangsung sampai beberapa abad selanjutnya.
Kegiatan Edukatif
Termasuk penggerak utama pesatnya perkembangan ilmu dan kebudayaan di masa khilafah Abbasiyah adalah menjamurnya berbagai tempat belajar, baik berupa sekolah formal maupun nonformal, dan berbagai universitas yang biasanya berhimpitan di samping masjid ataupun di dalam masjid itu sendiri.
Gerakan ini dimulai oleh beberapa tokoh semisal al Jahidh, Ibnu Qutaibah, dan Ibnu Khalikan, dengan memberdayakan anak-anak untuk belajar menulis dan membaca, di samping mempelajari Al-Qur’an, syair Arab, prosa, maupun berhitung.
Sementara itu, sebagian lagi dikonsentrasikan untuk mempelajari fardhu, sunnah, nahwu, ataupun ‘arudh.