Debat sengit terjadi di Israel soal apa manfaat yang bisa diambil dari dukungan kepada Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Fatah nya, dalam menghadapi Hamas. Diskusi keras ini makin tajam, setelah Hamas berhasil menguasai penuh wilayah Ghaza sampai hari ini.
Sebagian tokoh Israel ada yang memandang bahwa sudah seharusnya Israel memberi dukungan kepada Presiden Palestina Mahmud Abbas atau yang kerap disebut Abu Mazin. Menurut kelompok tersebut, dengan dukungan itu Israel akan bisa menjalin kesepakatan dan kesamaan pandangan. Tapi ada pula sebagian yang justru memandang tak ada manfaat apapun dari Abbas karena bagaimanapun, Abbas representasi pemerintahan yang lemah di publik Palestina.
Adu argumentasi yang terjadi soal tema ini, dipicu setelah PM Israel Ehud Olmert menyatakan akan mengeluarkan ketetapan mencairkan dana cukai milik Palestina yang selama ini ditahan oleh Israel, dan akan diberikan kepada Abbas.
Harian Israel Haaretz dalam editorialnya menyebutkan, langkah yang akan diambil Olmert sudah merupakan kelaziman sebagai bentuk dukungan kepada Abbas, satu-satunya pemimpin Palestina yang diakui Israel. Dengan dukungan seperti itu, Israel bisa mengambil keuntungan lain dengan membuat sejumlah kesepakatan yang selama ini tak mungkin dibuka di hadapan Hamas.
Menurut harian tersebut, pemerintah Olmert harus memiliki sikap politik yang bisa dipercaya, sehingga bisa menambah simpatik Abbas dan juga sebagai mahar kepercayaan publik Palestina. Israel harus bisa membuktikan, bahwa kondisi kabinet darurat setelah dibubarkannya kabinet koalisi Hamas, adalah lebih baik, dan tidak lebih buruk.
Ada banyak ruang dukungan bagi Israel yang bisa diberikan pada pemerintahan Abbas. Seperti dukungan ekonomi, bahkan langkah penghentian pembangunan pemukiman Yahudi dan membubarkan penyebaran rumah imigran Yahudi yang dilakukan tanpa keteraturan. Harian yang sama juga menyatakan Israel telah melakukan kesalahan besar pasca kemenangan Hamas dalam pemilu di bulan Januari 2006, karena tidak mengetahui tingkat ketangguhan kekuatan Hamas sebelumnya.
Tapi pandangan-pandangan di atas berbeda dengan apa yang dinyatakan Benyamin Netanyahu, kepala Partai Likud yang menjadi oposisi di Israel. Menurutnya, justru tak ada gunanya menjalin hubungan dan mendukung pemerintahan Abu Mazin. Alasannya, Abbas atau Abu Mazin adalah presentasi pemerintahan yang lemah di mata publik Palestina. Karenanya, Netanyahu justru mendorong melakukan penguatan hubungan dengan AS, Mesir, Yordania, untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi pasca penguasaan Hamas di Ghaza.
Shen Sefir, komentator terkenal harian Yodiot Aharonot di Israel bahkan mengkritik keras pimpinan Israel yang meminta pemberian dukungan pada Abbas. Menurutnya, apa yang dilakukan itu hanya obsesi pribadi saja. “Israel melakukan kesalahan bila ia memberikan dukungan pada Fatah di Tepi Barat. Fatah adalah gerakan yang lemah, tak ada harapan apa-apa mendukungnya, ” ujarnya. Ia juga menyebut Abu Mazen sebagai pemimpin kertas, entah apa maksudnya. (na-str/iol)