Kota Ghaza kini tengah melewati fase genting. Kehadiran sejumlah tank Israel di pinggiran kota, memicu faksi perlawanan Palestina melakukan persiapan besar untuk menyambut serangan Israel dalam waktu yang tidak bisa diprediksi. Namun, inilah saatnya bagi mereka bersatu dalam barisan yang padu, melakukan perlawanan bersama.
Seperti dilansir Islamonline, terjadi saling ancam antara Israel dengan kelompok pejuang Palestina. Israel mengancam akan menaklukkan Ghaza untuk menyelamatkan seorang serdadunya yang diculik. Sementara kelompok pejuang Palestina mengancam akan melakukan serangan tak terperi jika Israel merangsek masuk ke wilayah Ghaza.
Benyamen Ben Yeazar, Menteri Fondasi Israel menyatakan, bahwa negaranya akan dengan mudah menculik para menteri Palestina yang dipimpin oleh Hamas, sebagai pembalasan penculikan seorang serdadunya. Dalam siaran televise, Yeazar dengan sesumbar mengatakan, “Jika kami perintahkan aksi penculikan, Israel tak punya kesulitan apapun untuk masuk ke Ghaza dan menculik separuh dari pemerintah Palestina.”
Ia lebih lanjut menyatakan tidak akan berunding terkait pengembalian serdadu yang diculik, dengan pihak Palestina. Mantan Menteri Pertahanan Israel itu lalu menyampaikan keyakinannya bahwa prajuritnya masih hidup, dan hanya terluka di bagian perutnya saja.
PM Israel Olmert juga mengatakan, “Waktu untuk kami melakukan serangan besar ke wilayah Ghaza sudah semakin dekat. Kami tidak akan menunggu sesuatu yang tidak pernah berakhir. Kami juga tak memiliki niat apapun untuk berdiskusi dengan Hamas.”
Dalam pidatonya di Jerussalem, Olmert juga menjelaskan bahwa ia akan mengerahkan seluruh kekuatan militernya untuk menghancurkan apa yang disebutnya sebagai teroris, dan menjamin pemulangan serdadunya yang diculik untuk kembali ke keluarganya dengan selamat.”
Seluruh ancaman itu dibalas oleh faksi perlawanan Palestina. Batalyon Syuhada Al-Aqsho, di bawah koordinasi Fatah, mengancam akan menggunakan senjata kimia yang dipersiapkan sejak tiga tahun lalu, untuk melawan serangan Israel. Dalam keterangannya di situs internet milik mereka, disebutkan, “Kami sampaikan kepada rakyat kami yang tangguh, kami telah berhasil memproduksi lebih dari 20 jenis senjata kimiawi selama tiga tahun terakhir.”
Mereka menambahkan, “Kami menyampaikan bahwa kami tidak akan ragu menggunakan materi itu yang akan kami tempelkan pada misil kami yang kami lepaskan ke sejumlah pemukiman Israel. Kami tidak ragu menggunakan berbagai persenjataan itu untuk membalas serangan pembunuhan terhadap para pemimpin dan pejuang kami dalam sebuah perang terbuka.”
Mereka juga menegaskan tidak akan melepaskan serdadu Israel yang diculik secara gratis, melainkan dengan pembebasan sejumlah tahanan rakyat Palestina di penjara Israel.
Sementara Batalyon Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas juga menjelaskan pembebasan bersyarat dengan pembebasan tahanan Palestina. Sejauh ini angka resmi tahanan Palestina di penjara Israel mencapai 9.500 orang, 89 di antaranya wanita, dan 313 lainnya anak-anak di bawah 18 tahun. Al-Qassam menegaskan, “Kami akan mengerahkan kekuatan full untuk membalas serangan Israel di Ghaza. Satu langkahpun yang dilakukan Israel untuk menyerang Ghaza akan dibalas dengan harga mahal oleh Israel.”
Ini artinya, seiring dengan ancaman yang disampaikan Israel, seluruh faksi perlawanan Palestina di Ghaza menyatakan bersatu untuk melawan Israel jika Israel berani memerangi Ghaza. (na-str/iol)