Presiden Sudan Omar al-Bashir, Jumat, menegaskan bahwa pemerintahnya tidak akan tunduk pada setiap perintah atau tekanan internasional atau regional, untuk membuat konsesi dalam sengketa dengan negara Sudan Selatan, dan itu disampaikan dalam pidatonya pada sesi pembukaan Dewan Syura Partai Kongres Nasional (NCP).
Bashir menambahkan bahwa pemerintahnya tidak akan menerima perubahan dalam salah satu kesepakatan yang terdapat dalam protokol kerjasama yang ditandatangani oleh kedua negara pada September lalu. Mstrsla mengatakan: Tidak akan mundur dari perjanjian dan ada tidak akan diubah, bahkan dalam satu barispun.
Bashir dalam sambutannya yang datang dua hari setelah Presiden Sudan Salva Kiir Mayardit memperkuat pasukannya di perbatasan dengan Korea Utara, mengatakan bahwa pemerintahnya tidak akan menyerah walaupun atas (satu inci dari jarak mil ke-14), seperti dikutip oleh kantor berita Anatolia.
Perlu dicatat bahwa kedua negara menandatangani September lalu, setelah perundingan yang sulit di bawah naungan Uni Afrika, yaitu protokol kerjasama meliputi sembilan perjanjian, akan tetapi itu tidak berlaku sampai sekarang karena Khartoum mensyaratkan penegakan perjanjian keamanan yang melarang mendukung pemberontak sebelum pelaksanaan seluruh perjanjian, terutama kembalinya ekspor minyak sudan selatan yang tidak memiliki pelabuhan laut melalui utara.
Perjanjian keamanan menyediakan untuk pembentukan zona penyangga sejauh 10 kilometer pada batas kedua Negara tersebut tetapi kedua belah pihak gagal dalam demarkasi zona penyangga karena perbedaan mereka pada ukuran daerah (Mile 14) yang disengketakan.
Juga disebutkan bahwa Khourtoum menuduh Juba mendukung pemberontak SPLA di utara, yang telah memerangi tentara Sudan di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan sudan Selatan, tapi juba selalu menyangkal hal itu. (zae/IT)