Pertikaian masalah nuklir Iran nampaknya akan makin meruncing, setelah pihak Barat menolak keinginan Iran untuk membuka babak baru negosiasi masalah nuklirnya dengan Uni Eropa. Para pejabat Eropa dan AS mencela proposal Iran itu dan tetap memutuskan untuk membawa Iran ke Dewan Keamanan PBB. Sementara Rusia menyatakan bahwa Iran harus menghentikan riset tenaga atomnya jika ingin bernegosiasi kembali dan harus mematuhi moratorium.
Sean McCormack, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, "Bicara saja mudah. Apa yang mereka lakukan hanya ingin mendapatkan simpati. Mereka sudah mulai memainkan mesin diplomasi mereka yang terselubung di sini."
Seorang pejabat senior Inggris menilai surat yang ditulis Javad Vaeedi, kepala deputi Dewan Keamanan Nasional Tinggi Iran untuk memulai pembicaraan baru lagi, sebagai omong kosong.
Sementara itu, para pakar nuklir dan diplomat bersikap skeptis bahwa Dewan Keamanan PBB bisa menghalangi Iran untuk membuat bom jika itu yang menjadi tujuan Iran dalam program nuklirnya. Alasan yang selama ini dilontarkan pihak Uni Eropa dan Barat atas kekhawatiran mereka terhadap berlanjutnya program nuklir Iran.
Sumber-sumber di Wina, pada Selasa (17/1) mengungkapkan, bahwa Iran sudah menyampaikan surat resmi ke Uni Eropa yang berisi usulan untuk memulai pembicaraan baru secepat mungkin. Iran menyatakan siap untuk ‘menjernihkan ambiguitas yang terjadi saat ini terkait dengan program-program nuklir Iran yang ditujukan untuk keperluan damai, lewat cara negosiasi dan pembicaraan kembali.’ Meski demikian, perwakilan Iran di IAEA Ali Asghar Soltaniyeh menegaskan bahwa keputusan Iran untuk melanjutkan riset tenaga atomnya ‘tidak dapat diubah.’ (ln/aljz)