Barat Harus Hentikan Melihat Islam dari Kaca Mata Terorisme

Antropolog dan Ketua Studi Islam Ibnu Khaldun di American University, Washington Profesor Akbar Ahmed menyatakan, sepanjang Barat masih memandang Islam dari kaca mata terorisme, benturan antara dunia Islam dan Barat berpotensi terus terjadi.

Menurutnya, saat ini jumlah populasi bangsa Eropa mulai menurun, sementara populasi umat Islam di dunia cenderung naik. "Di pertengahan abad ini, seperempat populasi dunia akan didominasi umat Islam, " kata Ahmed pada surat kabar Inggris Guardian, Kamis (27/6) versi online.

"Jika kasusnya seperti itu, kita tidak bisa menghentikan benturan antara dunia Islam dengan Barat. Dunia akan terus diwarnai pertikaian bernuansa agama. Kita akan menghadapi tantangan berat di abad 21 ini. Kesempatan bagi kita untuk bertahan hidup terbatas, kecuali kita mau mulai berubah dari sekarang, " papar Ahmed yang saat ini sedang berada di Inggris untuk memberikan ceramah bagi para pemuka agama dan akademisi di Inggris, sekaligus menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Liverpol yang akan dinobatkan pada tanggal 6 Juli pekan depan.

Profesor Ahmed yang baru saja menerbitkan bukunya berjudul "Journey into Islam" mengungkapkan, dunia Islam dan Barat bisa membangun hubungan yang baik lewat pendidikan dan bukan kekerasan.

"Saya berharap apa yang saya lakukan, bisa membantu banyak orang di Barat untuk memahami budaya dengan lebih baik, khususnya di AS di mana kesalahpahaman tentang Islam makin memburuk. Sehingga kita bisa menjawab isu-isu abad 21 yang lebih nyata, seperti masalah populasi dan perubahan iklim, dan bukan masalah etnis dan kekerasan bernuansa agama, " tukasnya.

Benturan budaya Barat dan Islam, menurut Profesor Ahmed, sudah mulai terjadi pada abad ke-19, bukan pada saat serangan 11 September dan pola itu terus terjadi sampai hari ini. Yang paling membuatnya khawatir, adalah obsesi Barat pada Islam dan kecenderungan Barat melihat Islam lewat kaca mata keamanan dan terorisme.

"Hal itu menimbulkan kewaspadaan, perlawanan dan lebih jauh lagi distorsi. Ini bukan cara yang benar dalam melihat sebuah budaya yang memiliki sejarah panjang, dengan 57 negara dan 1, 4 milyar masyarakatnya, " imbuh Profesor Ahmed.

Ia menambahkan, "Islam akan mengalami masa yang paling kacau dan mengalami perubahan. Agresi Barat yang terus berlanjut akan mendorong lebih banyak lagi orang untuk melakukan aksi bom bunuh diri. " Oleh sebab itu, tandas Profesor Ahmed, daripada menghabiskan uang untuk menguasai Islam, Barat sebaiknya memberikan banyak bantuan dana ke sekolah-sekolah dan untuk keperluan pendidikan.

Ditanya soal rencana pemerintah Inggris memberikan bantuan dana yang lebih besar untuk keperluan riset dan pengajaran agama Islam di universitas-universitas, Profesor Ahmed menjawab, masalah sebenarnya bukan uang, tapi bagaimana cara pemerintah Inggris melakukan pendekatan pada warga Muslim.

"Pemerintah Inggris harus melihat untuk jangka panjang. Siapa komunitas masyarakat di negeri ini yang bisa membawa perubahan, dan bagaimana pemerintah bisa bekerjasama dengan mereka untuk melakukan perubahan itu, sehingga warga Muslim tetap memiliki integritas dan bisa hidup nyaman di tengah masyarakat, " paparnya.

Di sisi lain, Profesor Akbar Ahmed juga mengingatkan para pemuka Muslim agar memiliki kebijaksanaan, visi dan rasa kasih sayang. "Saya tidak melihat itu semua di kepemimpinan dunia Islam. Yang saya lihat, yang berkuasa dari kalangan militer dan orang yang tidak memiliki kemampuan memimpin, " tandasnya. (ln/guardian)