Barack Obama "Cinta Mati" Pada Israel

Dalam kunjungannya ke wilayah pendudukan Israel di Palestina, kandidat presiden AS Barack Obama menyatakan mendukung Israel untuk tidak bernegosiasi dengan Hamas. Obama juga menuding bahwa perpecahan antara Hamas dan Fatah di Palestina berdampak pada situasi keamanan di Israel, sehingga sulit menciptakan perdamaian di kawasan itu.

Berbicara di depan warga kota Sderot, Obama kembali menegaskan bahwa Israel berhak mempertahankan dirinya dan Yerusalem akan menjadi ibukota Israel. Pernyataan yang pernah dilontarkan Obama bulan Juni lalu dan memicu kemarahan dunia Arab, karena Yerusalem diharapkan akan menjadi ibukota Palestina, jika negara Palestina terbentuk.

Obama juga memuji Presiden Israel Shimon Peres yang disebutnya telah membawa "mukjizat" selama 60 tahun berdirinya Israel. "Kami menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga, bukan hanya rakyat Amerika tapi juga masyarakat dunia atas pengabdian Anda pada negara, " kata Obama memuji Peres.

Selain bertemu dengan para pejabat pemerintahan rezim Zionis, Obama juga bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas di Ramallah. Berbeda dengan sikapnya terhadap Israel, Obama terkesan tidak berminat dengan persoalan Palestina. Ia mengatakan bahwa proses perdamaian suram karena perpecahan politik di antara Fatah pimpinan Abbas dan Hamas dan perpecahan itu berpengaruh pada situasi di Israel.

"Prosesnya sangat sulit, mengingat sejarah kedua kelompok itu yang tidak mungkin diselesaikan dalam semalam. Saya pikir, tidak realistis untuk berharap bahwa hanya AS sendiri yang bisa menciptakan perdamaian di kawasan ini dengan hanya menjentikkan jari, " kata Obama.

Kunjungan Obama ke Ramallah juga terkesan basa-basi karena hanya berkunjung selama 45 dan lebih banyak menghabiskan waktu kunjungannya ke wilayah pendudukan Israel. Kunjungan Obama nampaknya lebih pada upaya untuk lebih banyak lagi merebut hati kalangan Yahudi Amerika menjelang detik-detik pemilu presiden di negerinya. Obama saat ini sudah berhasil mendapat dukungan 80 persen suara dari kalangan Yahudi Amerika.

Ditanya seputar rencana serangan AS ke Iran, Obama mengatakan bahwa aksi militer tidak akan membuat Iran menghentikan program nuklirnya. Ia menyerukan agar diplomasi menghadapi Iran dilakukan lebih keras lagi termasuk sanksi terhadap Iran.

Tapi, meski mengatakan bahwa perang dengan Iran bukanlah pilihan yang baik, Obama menyatakan tidak akan mengesampingkan pilihan perang jika terkait dengan masalah nuklir Iran. (ln/presstv/aljz)