Pastor-pastor gereja di AS mengakui jamaahnya bertambah banyak sejak AS terkena krisis ekonomi bulan September kemarin, yang menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran di negeri Paman Sam itu. Dan uniknya, banyak masyarakat Kristen di AS yang beralih menjadi penganut evangelis.
"Ini adalah masa-masa yang menakjubkan, kesempatan besar bagi kami untuk menyebarkan ajaran evangelis," kata pastor senior di Pusat Budaya Kristen di Brooklyn, New York, Pastor A.R. Bernard.
Krisis yang melanda AS seolah menjadi berkah bagi kalangan gereja yang selama ini relatif sepi ditinggalkan jamaahnya. Sekarang, gereja-gereja di AS berlomba-lomba menggelar acara misa dan program untuk memberikan petunjuk praktis bagi mereka yang sedang dilanda kesulitan ekonomi. Bahkan dalam acara pemberkatan perkawinan pun para pastor menyelipkan khutbah bagaimana menghadapi krisis yang menimpa masyarakat AS sekarang ini.
Gereja Saksi Jehovah yang sepuluh tahun terakhir melakukan layanan rohani dari rumah ke rumah pada malam hari, sekarang juga melakukan layanan rohani pada siang hari. "Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, dan mereka bersedia membuka pintu pada siang hari," kata Pastor Rick Warren.
Bertambahnya jamaah gereja saat krisis ternyata sudah menjadi gejala umum di AS. Dalam tulisan berjudul "Praying for Recession: The Business Cycle and Protestant Religiosity in the United States," David Beckworth, asisten profesor ilmu ekonomi di Universitas Texas menulis tentang gejala ini. Ia mengatakan, dalam siklus resesi yang terjadi antara tahun 1968 dan 2004, jumlah jamaah gereja evangelis cenderung meningkat hingga 50 persen. Tapi, jumlah jamaah gereja-gereja Protestan cenderung makin menurun pada masa resesi.
Studi yang dilakukan Beckworth ditanggapi serius oleh Pastor Don MacKinttosh penganut Advent Hari Ketujuh. Ia mengatakan, kalangan gereja harus memanfaatkan situasi dimana banyak orang sedang dilanda ketakutan dan sifat tamak agar beralih ke ajaran evangelis.
Frank O’Neil, manager yang baru saja di PHK dari perusahaan Morgan Stanley mengaku jadi lebih dekat dengan Tuhan saat kehilangan pekerjaan. Ia bergabung dengan penganut evangelis di Shelter Rock Church, Long Island. Neil mengaku lebih merasakan kehadirian Tuhan saat menjadi penganut evangelis, dibandingkan ketika menjadi jamaah gereja Katolik, agama yang ia anut sejak remaja.
Thomas McSweeney, penulis kolom di sebuah media Katolik mengatakan, meningkatkan jumlah jamaah evangelis karena sifat ajaran evangelis yang lebih fleksibel. Meski di kalangan pemuka agama evangelis sendiri muncul kekhawatiran resesi ekonomi akan menyebabkan pundi-pundi dollar mereka berkurang, karena tidak banyak lagi orang yang memberikan dana besar untuk kegiatan misi gereja mereka. (ln/HTI)