Departemen luar negeri AS menghentikan untuk sementara waktu penerbitan majalah remaja berbahasa Arab "Hi." Dalam pernyataannya pekan kemarin, Deplu AS mengatakan telah menghentikan versi cetak majalah "Hi" yang oplahnya mencapai 2.500 kopi per bulan. Penghentian itu dilakukan karena Deplu AS ingin melakukan penilaian kembali apakah majalah itu sudah sesuai dengan tujuan awalnya.
"Tujuan dari peninjauan kembali ini adalah untuk mengetahui data kuantitaf terbaru seberapa luas majalah ini mencapai sasaran pembacanya," demikian bunyi pernyataan tersebut.
"Hi", majalah bulanan berbahasa Arab ini diterbitkan pertama kali pada bulan Juli 2003 setelah invasi AS ke Irak. Majalah ini dicetak sebanyak 55.000 kopi dan disebarluaskan ke 18 negara dan 95 persennya diberikan secara gratis.
Meski versi cetak majalah dihentikan, namun situsnya yang berbahasa Arab dan Inggrisdibolehkan tetap aktif. Menurut perkiraan Deplu AS, hit situs majalah ini pada bulan Desember akan mencapai 3 juta hit. Majalah "Hi" diterbitkan oleh perusahaan swasta di Washington dengan dukungan Deplu AS. Biaya penerbitan majalah ini mencapai 4,5 juta dollar per tahun.
Penerbitan majalah ini diharapkan bisa menjadi ‘jendela bagi kebudayaan Amerika’ dengan sasaran pembaca remaja-remaja Arab berusia 18-35 tahun.Penerbitan majalah ini juga bagian dari upaya pemerintah AS membentuk citranya di negara-negara Muslim seperti halnya pendirian radio Sawa dan televisi Al Hura, keduanya dibiayai oleh Kongres AS.
Itulah sebabnya, para pengamat Timur Tengah tidak begitu merespon baik kehadiran majalah ini. Mereka menuding AS sedang berusaha mengalihkan persoalan-persoalan penting terkait dengan kebijakannya di kalangan remaja Arab dan mencekoki mereka dengan hal-hal yang tidak bermanfaat kecuali budaya Barat.
"Banyak kritikan yang mengatakan majalah itu terlalu naif. Majalah itu tidak memberikan apa-apa kecuali upaya untuk cuci otak," tulis Al-Haram begitu majalah itu beredar. Hal serupa juga dilontarkan jurnal Middle East Report yang berbasis di AS dalam laporanya pada bulan September 2003. Menurut jurnal tersebut, pemerintah AS tidak memberi ruang bagi target pembacanya yang mempertanyakan soal kebijakan AS, bahkan soal budaya dan karakter masyarakat AS.
"Disaat AS seharusnya membuka dialog dan perdebatan yang jujur dan sungguh-sungguh tentang ide-ide mereka terhadap masyarakat Timur Tengah, sulit dibayangkan bahwa kenyataannya "Hi" gagal melakukannya," demikian isi laporan tersebut.
Karena banyak kritikan dari kawasan Timur Tengah, Karen Hughes yang baru menjabat wakil menlu AS bidang diplomasi publik, memerintahkan untuk meninjau kembali keberadaan majalah ini.
Juru bicara Deplu AS Sean McCormack mengatakan, Hughes ingin melihat dan meneliti apakah langkah yang kami lakukan benar-benar efektif untuk mencapai sasaran kami lewat cara penerbitan majalah "Hi." Ia juga mengatakan belum tahu kapan majalah ini diijinkan terbit lagi. (ln/middleeastonline)