Untuk pertama kalinya setelah empat minggu agresi militer Israel menghajar Lebanon, bantuan kemanusiaan berhasil menembus barikade Israel dan tiba di Beirut. Enam truk yang berkonvoi membawa barang-barang bantuan seperti obat-obatan, tenda, selimut dan alas tidur sampai di Beirut pekan ini.
Tepatnya, Selala lalu, enam truk tersebut berhasil menemui dan membagikan bantuan yang dibawanya untuk 10 ribu pengungsi yang berada di Beirut. Bantuan yang dibawa oleh PBB ini disambut dengan suka cita oleh para pengungsi yang memang selama ini telah diisolasi dari dunia luar oleh Israel yang menghancurkan jalur-jalur transportasi. Jalur darat sudah semuanya nyaris terputus, sementara itu pelabuhan dan airport pun juga telah dihancurkan oleh serangan udara Israel. Hari ini, diharapkan, dua truk pengangku barang bantuan segera tiba menyusul keberhasilan rekan-rekan mereka. Sedikitnya, saat ini 700 ribu penduduk Lebanon hidup di kamp-kamp pengungsian yang tersebar di wilayah Beirut.
Sementara itu, Organisasi Konferensi Islam atau OKI yang menggelar sidang daruratnya di Kuala Lumpur pekan lalu, akhirnya memutuskan kembali bahwa OKI akan mengirim bantuan senjata kepada Hizbullah. “Kami berusaha meninjau kembali keputusan yang telah diambil pada sidang darurat pekan lalu. Beberapa pihak menyarankan kepada kami agar OKI mengirimkan bantuannya dalam bentuk senjata pada pejuang Hizbullah,” ujar Menteri Luar Negeri Malaysia, Syed Hamid Albar yang menjadi jurubicara OKI saat ini.
Rencana pemerintah Indonesia yang turut mengirimkan pasukan perdamaian ke Lebanon, hingga saat ini masih terus dikaji. Salah satu alasannya adalah biaya operasional yang sangat tinggi, mencapai 300 milyar untuk pasukan yang akan diberangkatkan. Apakah Indonesia jadi mengirimkan pasukan perdamaian, setelah mengetahui hitung-hitungan angkanya? Mudah-mudahan niat baik pemerintahan SBY tidak batal hanya karena hitung-hitungan angka. (na/str/iol/nm)