Sedikitnya ada 35 tuduhan yang dikenakan pada lima orang tentara bayaran dari perusahaan Blackwater yang dituduh telah melakukan pembantaian terhadap 14 warga sipil di Irak dan melakukan penembakan yang menyebabkan 20 orang luka-luka, yang terjadi pada tahun 2007.
Blackwater adalah perusahaan swasta yang menawarkan jasa penyewaan tentara bayaran dan peralatan perang. AS menggunakan jasa tentara bayaran dari perusahaan ini untuk melindungi militer dan kepentingan-kepentingan di Irak.
Asisten jaksa untuk keamanan nasional AS, Patrick Rowan mengatakan, pemerintah AS lewat departemen kehakiman, dalam dakwaannya menyatakan para pengawal dari Blackwater telah membunuh dan melukai sedikitnya 34 warga sipil Irak termasuk perempuan dan anak-anak dibunuh dalam aksi penembakan di alun-alun kota Nisoor dan penembakan itu dilakukan tanpa perintah atau tanpa adanya provokasi.
Insiden itu terjadi pada 16 September 2007 ketika para tentara bayaran ini sedang mengawal konvoi diplomat AS yang sedang melintas di kota Baghdad. Insiden ini memicu kemarahan Irak dan desakan agar AS memperketat kontrol terhadap perusahaan-perusahaan jasa keamanan swasta yang disewanya di Irak.
Lima tentara bayaran yang terlibat aksi penembakan tersebut, hari Senin kemarin sudah menyerahkan diri ke pengadilan jaksa federal di Salt Lake City, Utah. Sebelumnya, pada tanggal 5 Desember, pengadilan AS telah memvonis enam tentara bayaran perusahaan Blackwater lainnya dalam kasus serupa. Jika terbukti, kelima tentara bayaran itu terancam hukuman 10 tahuh penjara untuk tuduhan pembantaian dan hukuman tambahan untuk tuduhan-tuduhan lainnya.
Nama kelima tentara bayaran itu-setelah setahun ditutup-tutupi oleh pemerintah AS- adalah Evan Liberty dan Donald Ball berusia 26 tahun, mantan anggota marinir AS, kemudian Dustin Heard, 25, juga mantan marinir, Nick Slatten, 25, mantan prajurit berpangkat sersan dan Paul Slough, 29, seorang tentara veteran.
Juru Bicara pemerintah Irak, Ali Al-Dabbagh menyatakan akan membela hak-hak para korban dan mendesak agar pengadilan dilakukan dengan fair.
Sementara keluarga korban insiden tahun 2007, Khalid Ibrahim menegaskan bahwa pelaku pembunuhan terhadap rakyat tak berdosa harus mendapatkan hukuman setimpal. Dalam insiden tersebut, ayah Ibrahim yang berusia 78 tahun menjadi korban penembakan hingga meninggal dunia. (ln/aljz/aby)