Keinginan warga Muslim di kota Colle di Val d’Elsa, Italia untuk membangun masjid masih menemui kendala dari warga setempat yang menentang pembangunan masjid itu.
Warga lokal menganggap pembangunan masjid di wilayahnya sebagai sombol "pendudukan" warga Muslim.
"Kota ini bukan kota besar dan kami tidak tahu bahwa akan ada invasi warga Muslim, " kata Letizia Franceschi, kuasa hukum warga yang menentang kehadiran masjid tersebut, meski pembangunannya sudah mendapat dukungan dari walikota setempat.
Letizia melanjutkan, "Semua koran-koran nasional menulis, bahwa di banyak masjid, mereka ceramah tentang kebencian dan mengajarkan aktivitas-aktivitas yang dilarang di negara kita."
Teror menghantui pembangunan masjid di kota Colle di Val d’Elsa yang sudah dimulai bulan Desember kemarin. Di luar area pembangunan masjid, ditemukan sejumlah kepala babi yang diduga sengaja diletakkan oleh kelompok penentang sebagai intimidasi.
Sejumlah warga yang menentang, juga melakukan aksi protes dengan mendirikan tenda-tenda di luar area bangunan. Aksi mereka mendapat dukungan dari para pengendara mobil yang lewat. Mereka memasang sebuah poster bertuliskan, "Yes to Integration, No to Occupation."
Warga yang tidak setuju beralasan, pembangunan masjid itu terlalu banyak mengambil lahan taman kota.
"Tidak perlu ada masjid besar di sini. Ini kota kecil, " kata seorang warga bernama Tiziana Cervelli.
Dukungan terhadap pembangunan masjid itu, justru datang dari walikota Paolo Brogioni. "Warga Muslim sama dengan kebanyakan warga lainnya di kota ini, " tukasnya.
Kantor walikota menolak dua permintaan agar dilakukan referendum atas pembangunan masjid tersebut. Walikota menegaskan, "Membuat dinding antara dua komunitas adalah pilihan paling akhir yang akan dilakukan."
Imam Feras Jabareen menilai, ada yang sengaja mempolitisir pembangunan masjid ini sehingga menimbulkan kontroversi dan tuduhan-tuduhan terhadap warga Muslim. Ia menyayangkan hal tersebut.
"Di Roma, ada masjid terbesar di seluruh Eropa. Apakah masyarakat berpikir warga Muslim datang ke Roma karena kota itu memiliki masjid terbesar? Lucu…." komentar Jabareen.
Ia dan warga Muslim setempat sudah berusaha menjelaskan pada warga bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Warga Muslim bahkan menunjukkan niat baiknya dengan memasang sebuah pohon natal di dekat masjid, termasuk menjawab secara terbuka pertanyaan dari sejumlah koran lokal tentang darimana dana pembangunan masjid itu.
Menurut Jabareen, seperempat dari sekitar satu juta euro dana yang dibutuhkan untuk pembangunan masjid tersebut, berasal dari sebuah yayasan yang mengontrol bank Banca Monte dei Paschi di Siena. Pernyataan itu dibenarkan oleh bank bersangkutan. Sisanya, kata Jabareen, berasal dari para donatur dari dalam negeri dan tidak ada dana yang berasal dari luar negeri.
Warga Muslim berinisiatif membangun masjid di kota itu karena selama bertahun-tahun mereka hanya bisa melaksanakan sholat berjamaah di sebuah ruangan yang kecil, gelap dan hanya beralaskan sebuah karpet. Dinding ruangan itu hanya dihiasi sebuah gambar kota suci Makkah dan Madinah.
Jika pembangunan masjid itu selesai, masjid Colle di Val d’Elsa akan menjadi masjid keempat terbesar di Italia. (ln/iol)