“Donorkan darah Husein anda agar bisa bermanfaat bagi Anda dan bagi orang lain. Daripada Anda tumpahkan percuma dan bisa memunculkan imej buruk terhadap Islam dan Husein.”
Inilah salah satu bentuk iklan seruan yang dipublikasikan sejumlah netters asal Bahrain. Seruan ini sudah tentu terkait perayaan Asyura yang kerap digelar setiap tanggal 10 Muharram oleh para pengikut Syiah, memperingati syahidnya Imam Husein bin Ali radhiallahu anhuma. Dalam acara ritual itu, pengikut Syiah melukai tubuh mereka hingga mengucurkan darah.
Kepada Islamonline, para netters asal Bahrain itu mengatakan, “Sebenarnya sudah bertahun-tahun seruan seperti ini dilakukan. Ini untuk menghindari kesia-siaan tertumpahnya darah dari kepala orang-orang yang melakukan ritual yang disebut “tathbiir”. Dan seruan ini semakin lama semakin mendapat sambutan di masyarakat Bahrain.”
Menurut orang-orang Bahrain, apa yang mereka lakukan untuk memanfaatkan darah yang tumpah, juga termasuk dalam kerangka mereka memfungsikan raa belasungkawa terhadap Husein pada perayaan Asyuro. Perayaan itu dilakukan sejak awal Muharraq sampai sepuluh Muharram. Selain itu, mereka ingin memperbaiki imej negatif tentang ritual peringatan syahidnya Husein bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu inhuma selama ini, di mana pengikut Syiah menumpahkan darah mereka untuk menampilkan penyesalan dan kesedihan atas wafatnya Imam Husein.
Ibrahim yang menjadi kordinator donor darah itu mengatakan, “Bulan Muharram kami melakukan enam kali aksi donor darah agar kami bisa melakukan donor darah di setiap perayaan keagamaan Syiah.”
Ia menambahkan, jumlah aksi donor darah dalam satu tahun bisa dilakukan sebanyak 22 kali putaran dengan wilayah yang berbeda beda, meliputi 3.500 titik.”
Tingkat penerimaan masyarakatpun cukup besar, baik dari kalangan Sunni maupun Syiah. Bahrain kini sudah dinyatakan mandiri untuk persediaan darah. Dengan bangga, Ibrahim mengatakan, “Kami adalah satu-satunya negara Teluk yang sudah tidak membutuhkan import darah dari luar. Kami memiliki bank darah yang terus menerus bertambah karena banyaknya permintaan dari masyarakat untuk mendonorkan darah mereka.” (na-str/iol)