Melalui pemilihan parlemen yang diselenggarakan Sabtu besok, golongan Syiah di Bahrain, tidak mau lagi dibawah ‘ketiak’ kekuasaan golongan Sunni, dan mereka memperjuangkan untuk mendapatkan mayoritas parlemen. Dengan cara itu, golongan Syiah akan dapat berkuasa di Bahrain, yang selama ini dipimpin golongan Sunni.
"Kita tidak memiliki pilihan, kecuali ikut dalam pemilihan untuk mendapatkan kekuatan mayoritas diparlemen, kalau tidak maka kondisi kita akan semakin buruk", ujar anggota perlemen Syiah Dr Jasim Husain.
Dr Husain adalah anggota partai politik Syiah Al-Wifaq. Di mana golongan Syiah di Bahrain memiliki 17 kursi di parlemen. Ini menunjukkan Syiah di Bahrain menjadi kekuatan politik yang signifikan. Sehingga, Syiah di Bahrain memainkan peranan politik penting, khususnya dalam mementukan berbagai kebijakan di negeri Teluk yang kaya minyak itu.
Syiah untuk menjadi mayoritas di negara Teluk, memang tidak mudah. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini, sesudah perubahan politik di Lebanon, Irak, dan beberapa negara Teluk, menunjukkan Syiah semakin menggeliat dan posisinya sangat strategis.
Maka, kalau dilihat lingkarannya seperti ‘Bulan Sabit’, yang melingkar mulai dari Lebanon dengan pengaruh Syiah (Hesbollah dan Amal), Irak, Iran, Negara-negara Teluk, sampai membujur ke arah Yaman. Ini semua menggambarkan perubahan penting perkembangan Syiah saat ini. Dulu, di Irak tak pernah muncul golongan Syiah, sejak Daulah Umayyah maupun Abbasiyah, tetapi sekarang mereka mulai menjadi kekuatan politik.
Digulingkannya Saddam Husien oleh AS, justru melahirkan rejim baru di Irak, yang lebih bercorak Syiah. Dan sekarang ini semakin nampak aliansi strategis antara Irak dengan Iran, Suriah, dan Lebanon, dan khususnya negara-negara di kawasan Teluk.
Terjadinya gelombang penangkapan pada Agustus, dan pengkhianatan oleh 23 tokoh oposisi Syiah terkemuka, serta kebencian yang membara terhadap Syiah, dan pemerintah telah berusaha untuk membungkam kritik menjelang pemungutan suara hari Sabtu, tetapi semuanya itu menambah simpati terhadap golongan Syiah di Bahrain.
Nabeel Rajab Bahrain, yang memimpin Pusat Hak Asasi Manusia di Bahrain, mengatakan, "Saya dapat meyakinkan Anda [penangkapan] tidak memiliki hubungan dengan pemilu", ujarnya. Sebelumnya, pemerintah telah menangkap 23 aktivis Syiah, dan akan diadili atas tuduhan terorisme, mereka dituduh merencanakan untuk menggulingkan pemerintah, dengan menghasut, dan melakukan protes jalanan yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Menteri Dalam Negeri mengatakan pemilu yang transparan adalah langkah penting di Bahrain dan merupakan jalan menuju masyarakat yang terbuka dan demokratis, ucapnya. "Masalah utama adalah kita menciptakan sebuah sistem yang inklusive. Tidak peduli apa mazhab anda. Kami selalu menyatakan kita harus melakukan dialog politik kita di bawah payung negara ", katanya.
Keluarga Al-Khalifa telah memerintah sejak 1783. Sekarang monarki konstitusional dengan majelis legislatif terpilih; Syiah yang mayoritas menuntut kekuatan lebih besar dari penguasa Sunni. Dan, ini menunjukkan betapa pengaruh Syiah di Timur Tengah semakin kuat, dana akan menjadi ancaman stabilitas khususnya di negara-negara Teluk. (m/bbc)