Pascaperistiwa serangan 11 September, kebutuhan sumber daya manusia yang mampu berbahasa Arab di AS makin meningkat. Oleh sebab itu, jumlah masyarakat AS yang belajar bahasa Arab terus meningkat. Bahkan saat ini, jumlahnya meningkat sampai dua kali lipat.
Dr Michael Fisherbein, dosen bahasa Arab di University of California, Los Angeles membenarkan makin tingginya minat masyarakat AS belajar bahasa Arab. Khusus di UCLA, mereka yang berminat belajar bahasa Arab bahkan harus menunggu waiting list.
"Ya, pendaftaran kelas bahasa Arab di UCLA meningkat. Tahun lalu, kami menambah tiga kelas untuk bahasa Arab dasar," ujarnya.
"Sampai hari ini, seminggu sebelum kelas dimulai, tiga kelas (tiap kelas 25 orang) itu sudah penuh terisi dan sedikitnya ada 10 mahasiswa yang masuk dalam daftar waiting list di masing-masing kelas," sambungnya.
Dr Fisherbein menambahkan, makin banyak mahasiswa yang mengontaknya setiap hari, menanyakan apakah mereka bisa ikut kelasnya. Namun keinginan para mahasiswa itu terpaksa ditolaknya karena tidak ada dana untuk membuat kelas yang baru.
Menurut perkiraan kasarnya, seperempat dari siswa bahasa Arabnya berasal dari berbagai etnis Arab. Seperempatnya lagi berasal dari etnis Arab non Muslim.
"Jumlah yang cukup berimbang bagi mahasiswa yang berminat dengan sejarah, bahasa dan antropologi," tukasnya.
Meningkatnya jumlah mahasiswa yang ingin belajar bahasa Arab juga terjadi di Villanova University.
Profesor tamu bidang bahasa Arab di universitas itu, Dr Sayed Omran mengungkapkan, dari pengalamannya selama ini, setelah peristiwa serangan 11 September, jumlah mahasiswanya bertambah antara 30-50%.
"Terjadi peningkatan sedikit paska11 September, tapi kami selalu memiliki para mahasiswa yang memang ingin berkarir di bidang bahasa Arab dan kesusasteraan," ungkap Sayed Omran.
Fakta bahwa makin banyak masyarakat AS yang berminat belajar bahasa Arab setelah peristiwa 11 September diperkuat oleh survei yang dilakukan Modern Languange Association. Hasil survey menunjukkan jumlah mahasiswa yang mendaftarkan diri ke kelas bahasa Arab di universitas-universitas di AS meningkat lebih cepat dibandingkan dengan kelas-kelas bahasa lainnya.
Bahasa yang Menantang
Bahasa Arab dikenal sebagai bahasa yang sulit. "Bahasa Arab memberikan sejumlah tantangan bagi mereka yang menggunakan bahasa Inggris," kata Dr. Omran.
Tantangan itu misalnya dari cara membacanya dari kanan ke kiri, bunyi hurufnya yang masih terasa asing bagi pemakai bahasa Inggris dan tata bahasanya yang agak pelik.
Dr Omran sudah lebih dari 20 tahun mengajar bahasa Arab bagi mahasiswa Amerika. Ia mengatakan, dengan sedikit kerja keras dan komitmen, setiap orang bisa cepat menguasai bahasa Arab dan lancar bicara dengan menggunakan bahasa itu.
Namun menurut Dr. Michael Cooperson yang sudah mengajar bahasa Arab di sejumlah universitas bergengsi di AS seperti Harvard dan UCLA, tingkat kesulitan belajar bahasa Arab tergantung pada bahasa yang sering dipakai oleh mahasiswa bersangkutan.
"Jika bahasa yang selalu digunakan berdialek sama dengan bahasa Arab, ini menguntungkan. Termasuk jika sebelumnya ada sudah biasa bicara dengan bahasa Hebrew atau bahasa Semit lainnya," kata Dr Cooperson
Antara Karir dan Perang Lawan Terorisme
Para dosen bahasa Arab itu menyatakan, ketrampilan berbahasa Arab bisa menjadi nilai lebih bagi mereka yang mencari kerja dan bisa mendatangkan pendapatan yang lebih.
"Beberapa mahasiswa kami saat ini terdaftar di kemiliteran atau angkatan laut dan beberapa orang lainnya mendapat pekerjaan di pemerintahan federal dan lembaga-lembaganya," tandas Dr. Omran.
Sejak tahun 2001, Departemen Kehakiman AS menambah sekitar 60 persen staffnya, dan yang ditekankan adalah mampu berbahasa Arab.
Presiden Bush sendiri membentuk apa yang disebut inisiatif bahasa bagi kepentingan keamanan nasional dengan mendorong pengajaran bahasa-bahasa seperti Arab, Farsi, Hindi dan China. Bush mengatakan, strategi itu sangat penting dalam rangka "perang melawan terorisme, kebebasan dan demokrasi."
Meski demikian, Dr. Cooperson menyatakan, memerangi terorisme tidak cukup hanya menguasai bahasa Arab saja.
"Saya bukan ahli sejarah, bukan ahli keamanan nasional, tapi saya pikir, meski bahasa Arab bisa membantu mahasiswa saya mendapatkan pekerjaan di NASA, FBI, CIA dan sejenisnya, terorisme akan sulit dilawan jika akar penyebabnya tidak dipahami," tandasnya.
Dr. Fisherbein mengamini pendapat itu. Ia menegaskan, menguasai bahasa Arab tidak secara langsung bisa digunakan untuk mengkonter terorisme. (ln/iol)