Dalam beberapa bulan terakhir, Baghdad mungkin menjadi lokasi paling mengerikan dan paling berbahaya di dunia. Ribuan orang tewas, bukan hanya karena serangan agresor AS yang tak pandang bulu melancarkan operasinya ke wilayah sipil di Irak, tapi juga karena konflik antar sekte Sunni dan Syiah yang kini menjadi sulit dilerai.
Tercatat 40 orang, termasuk di antaranya anak anak dan wanita, tewas pada hari Minggu di Shi’ite ketika seorang pria bersenjata mengamuk di distrik di Baghdad yang kebanyakkan dihuni oleh kaum Sunni. Angka 40 itu sendiri masih mungkin tidak benar, karena dalam situs Ikhwanonline, disebutkan angka yang lebih besar yakni 50 orang. Menurut Reuters, rumah sakit Yarmuk Baghdad menyatakan bahwa mereka menerima 17 mayat. Sedangkan menteri dalam negeri mengatakan bahwa ia telah mengirimkan 20 mayat lagi ke rumah sakit.
Reuters juga mengutip pernyataan sejumlah saksi mata yang menyebutkan, penyerangnya kemungkinan besar berafiliasi pada milisi Jaisy Al-Mahdi dari sekte Syiah, di bawah koordinasi imam Syiah Muqtadha Shadr. Seperti dikutip oleh Al-Jazeera, diperkirakan para milisi bersenjata itu datang dari Husainiyah Az Zahra. Mereka menyerang secara tiba-tiba perkampungan Aljihad di Baghdad.
Tapi anggapan itu dibantah oleh Abdul Hadi Daraji, Kepala Divisi Informasi Shadr. Menurutnya jika para milisi itu menggunakan kostum Al-Mahdi tidak cukup menjadi bukti bahwa Al-Mahdi lah yang melakukan serangan itu. “Pasukan kami hanya memerangi penjajah asing, untuk kemaslahatan nasional Irak, tidak membedakan Sunni atau Syiah,” jelasnya.
Forum Ulama Muslim Sunni mengecam aksi biadab ini. Tapi ia tidak menuding pihak syiah dalam kaitan terhadap aksi ini. Ia menyebutkan bahwa aksi ini memang dilakukan secara terencana dan bukan pertama kali terjadi menimpa Muslim Irak. Dari pihak Syiah sendiri, telah menyatakan bersedia bekerjasama untuk mengusut tuntas tragedi ini. Mereka lebih mengarahkan kemungkinan milisi itu berasal dari kelompok “Takfiriyun” (yang mengkafirkan orang selain kelompoknya) dan juga “Shaddamiyun” milisi peninggalan Shaddam yang sengaja memunculkan kekacauan. Mungkin juga berdasarkan aksi intelejen asing yang ingin merusak stabilitas Irak.
Seorang penduduk mengatakan, pembunuhan itu merupakan aksi balas dendam dari serangan bom di masjid Syiahd pada sabtu malam lalu, yang sedikitnya menewaskan tiga orang dan melukai 19 orang lainnya. Kementerian dalam negeri awalnya melaporkan bahwa sekelompok pria bersenjata telah menembak mati delapan orang di pos samaran di dekat sebuah masjid. Sementara beberapa saksi mata mengatakan pada Reuters bahwa mereka melihat empat mayat tergeletak di badan jalan. Semuanya terluka dan matanya ditutup.
Sedangkan di tempat lain, seorang pria bersenjata juga membunuh seorang petugas intelejen Iraq di kota suci Syiah di Karbala, pada hari Minggu. Petugas itu terbunuh setelah mobilnya dicegat di kota Karbala, selatan Baghdad, ujar al-Abadi, seorang petugas rumah sakit.
Di timur Baghdad, menurut laporan polisi, lagi- lagi seorang pria bersenjata melakukan tembakkan secara terbuka di tempat umum, korbannya adalah seorang polisi. Polisi lainnya meninggal dalam baku tembak ketika sedang berkendaraan di utara kota Kirkuk.
Menurut informasi seorang polisi lainnya, sebuah pemakaman seorang senior dan cucunya yang masih berusia lima tahuan diadakan pada hari minggu. Keduanya tewas oleh sebuah tembakan pada Sabtu malam ketika sedang mengemudi di Dora, masih di sekitar Baghdad. (na-str/albwb,ikhl,rtrs)