Sepanjang pekan kemarin, Imam Othman Al Tawalbeh menjadi berita utama di media masa Swedia setelah ia mengungkapkan bahwa dirinya bekerja untuk sebuah pusat kegiatan remaja di Fryshuset, Stockholm, yang dikelola oleh Gereja Swedia.
Imam Tawalbeh mengatakan, pihak Gereja yang memintanya bekerja, untuk memberikan bimbingan rohani bagi beberapa anak-anak dan remaja muslim yang secara rutin datang ke tempat itu. Namun tidak semua orang senang dengan keterlibatan Imam Tawalbeh di pusat kegiatan remaja milik Gereja Swedia tersebut.
Sejumlah pejabat kementerian luar negeri Swedia menemukan artikel-artikel di internet, yang isinya bernuansa kebencian terhadap Tawalbeh. Mereka langsung melaporkan penemuan itu pada kepolisian Stockholm, yang kemudian menyerahkan penanganannya pada Säpo, badan intelijen Swedia.
Säpo mengungkapkan kekhawatirannya atas keselamatan imam Tawalbeh, dan menangangi kasus ini dengan serius. "Mereka bilang khawatir dengan keselamatan saya, dan mereka menangani masalah ini dengan serius," kata Imam Al-Tawalbeh pada harian Helsingborgs Dagbladet.
Di salah satu artikel yang ditulis dalam bahasa Arab, Al-Tawalbeh dituding sebagai musim yang murtad, yang telah meninggalkan agama Islam. Menurut Al-Tawalbeh, penulis artikel itu adalah Mahmoud Aldebe, seorang pemuka Muslim di Swedia yang pernah meramaikan pemberitaan di media massa Swedia pada tahun 2006, saat ia mencanangkan pemberlakukan syariah Islam di Swedia.
"Dia (Aldebe) mengklaim bahwa banyak orang yang berpikir bahwa saya telah menodai agama Islam, dan sedang berusaha untuk mengubah anak-anak muda Muslim menjadi seorang Kristiani, juga karena saya membela hak-hak kaum perempuan," kata Tawalbeh.
Ia mengakui sering menerima kritik, tapi kasus kali ini cukup serius. "Kerabat dan teman-teman saya khawatir dan menghubungi saya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi," tukas Tawalbeh.
Kepolisian Swedia membenarkan bahwa pihak intelijen sudah melakukan pembicaraan dengan Tawalbeh, tapi masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa serius ancaman terhadap Tawalbeh.
Pihak Gereja yang mempekerjakan Imam Tawalbeh, juga menuai kritik dari pemuka Kristen di Swedia. Dua pendeta perempuan di Swedia menulis sebuah artikel di surat kabar Svenska Dagbladet, yang isinya mempertanyakan kebijakan Gereja menunjuk Imam Tawalbeh bekerja di salah satu yayasan Gereja Swedia.
Annika Borg dan Johanna Andersson, nama dua pendeta tadi, menilai pihak Gereja sudah bertindak terburu-buru dan tanpa pertimbangan yang matang. Gereka seharusnya mempekerjakan orang-orang yang memiliki kesamaan nilai-nilai agama, apakah ia akan bekerja sebagai pendeta atau sekedar pesuruh gereja.
Meski menghadapi kemungkinan jiwanya terancam, Imam Al-Tawalbeh menyatakan tetap akan melanjutkan pekerjaannya di yayasan milik Gereja Swedia itu dan akan memberikan khutbah Jumat pertamanya di Fryshuset pekan ini. (ln/The Local/IENews)