Kebaikan Islam memang mau tidak mau pasti akan memberi pengaruh pada ketenangan. Siapapun dia, non Muslim sekalipun. Inilah yang dialami orang tua Kopral Ghilad Shalit, tentara Zionis Israel yang ditawan pejuang Palestina lebih dari satu bulan lamanya, hingga saat ini.
Noam Shalit, demikian nama ayah Ghilad Shalit, mengaku Islam lah yang membuat hatinya tenang tentang nasib anaknya yang kini menjadi tawanan pejuang Palestina.
Dalam konferensi pers yang diadakan di Jerussalem Timur kemarin (12/9), Noam Shalit mengatakan, “Dari berbagai referensi Islam yang ia baca, ia yakin agama Islam akan memperlakukan anaknya yang disandera pejuang Palestina dengan adil dan bijaksana.”
Sementara dalam situs informasi tentara Israel, Walah News, disebutkan perkataan Noam yang menyebutkan, “Operasi penyanderaan anakku dan kegelisahanku tentang hasil perundingan untuk pembebasan dirinya, telah mendorongku untuk membaca sejumlah buku-buku Islam terkait dengan hak-hak tawanan asing yang kini ada di pihak pejuang Islam. Maka, hatiku menjadi tenang saat mendapatkan bahwa Islam akan memperlakukan tawanannya dengan adil.”
Dalam kesempatan konferensi pers tersebut, Shalit minta pejuang yang menyandera anaknya, untuk memberitakan bagaimana kondisi anaknya yang telah 80 hari ditawan. Ia mengatakan, “Ini pula yang dianjurkan oleh Islam dalam hukum-hukumnya yang khusus menceritakan tentang hak hak para tawanan.”
Menurut koresponden Islamonline khusus masalah Israel, pernyataan orang tua Shalit tersebut dianggap sebagai perubahan mendasar dalam pandangan orang Israel terhadap masalah pasukan yang ditawan. Ini adalah pertama kalinya, keluarga tawanan tentara Israel menyampaikan bahwa tawanan itu bukanlah diculik sebagaimana yang digembar gemborkan media massa Israel. Ghilad Shalit sendiri, ditawan sejak tanggal 25 Juni lalu oleh para pejuang Palestina yang melakukan aksi penyerangan ke pos tentara Israel. (na-str/iol)