Austria mengajukan Draft undang-undang baru antiterorisme yang digulirkan Partai Rakyat (ÖVP), partai yang berkuasa di negeri itu.
Pekan kemarin, Johanna Mikl-Leitner–menteri dalam negeri Austria yang baru dari ÖVP–menyatakan setuju dengan ide Menteri Kehakiman Beatrix Karl yang juga dari ÖVP, untuk memenjarakan orang yang dianggap sudah menghasut orang lain.
Leitner menjelaskan beberapa kebijakan antiterorisme yang baru, antara lain seseorang yang menyetujui serangan teror di depan sedikitnya 30 orang, akan dihukum penjara selama dua tahun. Orang-orang yang berprofesi sebagai da’i tapi dianggap mendakwahkan kebencian, serta mereka yang terbukti ikut dalam kamp latihan teroris, juga akan dijebloskan ke penjara, jika draft undang-undang antiterorisme itu mendapat pengesahkan dari parlemen dan akan diberlakukan mulai tahun 2012.
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kehakiman Austria mengumumkan draft undang-undang antiterorisme baru setelah unit kepolisian antiteror yang bertugas di Bandara Internasional Wina menangkap seorang pemuda muslim berusia 25 tahun yang sudah sejak lama diawasi oleh polisi antiteror Austria.
Pemuda mualaf itu dicurigai mengorganisir perjalanan ke Pakistan bagi mereka yang ingin bergabung dengan para pejuang Al-Qaida untuk melawan Barat. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa pemuda itu sedemikian sibuknya membawa beberapa muslim Austria ke Pakistan lewat "kantor biro perjalanan" yang dikelola pemuda tersebut.
Kejaksaan Austria juga menuding pemuda tersebut merencanakan pembajakan pesawat penumpang dan akan menerbangkannya ke Berlin, Jerman. Media massa di Austria memberitakan bahwa pemuda tersebut sudah membuat perencanaan matang untuk melakukan serangan. Aparat penegak hukum Austria membenarkan kecurigaan itu, tapi menyatakan penyelidikan masih dalam tahap awal.
Pemuda muslim yang ditangkap itu, sekarang berada dalam tahanan di Wina. Sedangkan tiga orang lainnya yang juga ditangkap dalam operasi di Bandara Internasional Wina, sudah dibebaskan.
Terkait draft undang-undang antiterorisme yang baru, Leitner mengatakan bahwa kementerian yang dipimpinnya ingin melengkapi para penyelidik antiteror dengan "perangkat lunak" yang paling canggih. Ia juga mengatakan, butuh suntikan dana sebesar 10 juta euro untuk mengantisipasi apa yang disebut Leitner "ancaman teror yang makin meningkat" terhadap keamanan dalam negeri Austria, meski para pakar menyatakan bahwa Austria sejauh ini tidak menjadi target utama kelompok teroris internasional.
Pada bulan April, menteri dalam negeri federal mengeluarkan pernyataan yang kontroversial, bahwa masjid-masjid di Austria menjadi tempat untuk menghasut orang melakukan aksi terorisme dan sekitar 600.000 muslim yang tinggal di Austria adalah muslim radikal. Namun Leitner menyatakan, akan mengintensifkan dialog dengan komunitas Muslim di Austria dalam penanganan terorisme. (kw/austriantimes)