Presiden Suriah Bashar al-Assad pada hari Selasa kemarin (26/6) mengatakan bahwa negaranya dalam cengkeraman pemberontakan anti-rezim – yang sekarang telah memasuki bulan ke-16 – berada dalam “situasi nyata perang.”
“Kami menyaksikan situasi nyata perang,” dikutip kantor berita SANA atas pernyataan Assad dalam pertemuan kabinet Suriah yang baru.
Tapi Assad menegaskan bahwa “ketika seseorang dalam keadaan perang, semua kebijakan dan kemampuan harus digunakan untuk mengamankan kemenangan.”
Pernyataan itu disampaikan saat Amerika Serikat pada Selasa kemarin mengatakan bahwa Assad perlahan kehilangan cengkeramannya pada kekuasaan, mengutip pembelotan terakhir dari perwira militer dan tentara Suriah ke Turki dan Yordania.
“Jelas, Bashar al-Assad secara perlahan kehilangan kendali atas negaranya,” kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.
Suriah telah dilanda aksi kekerasan mematikan yang telah merenggut lebih dari 15.000 korban tewas, lembaga monitor mengatakan, sejak pemberontakan meletus Maret 2011 melawan rezim Assad.
Setidaknya 92 orang tewas di seluruh negeri pada hari Selasa kemarin oleh tembakan pasukan keamanan, Al Arabiya melaporkan mengutip Komite Koordinasi Lokal di Suriah.
“Benturan kekerasan terjadi di sekitar posisi dari Garda Republik di Qudsaya dan al-Hama,” delapan kilometer (lima mil) dari pusat Damaskus, kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Rami Abdel Rahman, mengatakan kepada kantor berita AFP.
Dua puluh delapan orang tewas di dan sekitar ibukota, termasuk 15 orang di al-Hama dan 11 di Qudsaya selama penembakan oleh pasukan rezim.
“Ini adalah pertama kalinya bahwa rezim menggunakan artileri dalam pertempuran begitu dekat ke ibukota,” kata Abdel Rahman.
“Perkembangan ini penting karena itu pertempuran paling sengit di daerah tersebut dan dekat dengan jantung ibukota.”
Abu Omar, juru bicara aktivis di wilayah Damaskus, mengatakan kepada AFP melalui Skype bahwa “semua komunikasi terputus di dalam dan sekitar al-Hama dan Qudsaya.”
Dia menuduh bahwa pasukan rezim menyerbu daerah itu dengan tank dan juga berbicara tentang “pembantaian” meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Kantor berita resmi SANA mengatakan bahwa pasukan pemerintah bentrok dengan “kelompok teroris bersenjata” di al-Hama.
Assad, yang telah membuat penampilan publik yang jarang terjadi sejak pemberontakan meletus, menegaskan bahwa rezimnya sedang memerangi “kelompok teroris bersenjata.”
Pada tanggal 3 Juni ia mengatakan kepada parlemen akan tekadnya untuk menghancurkan pemberontakan dengan harga apapun.
Sebelumnya pada Selasa kemarin, Assad membahas tantangan ekonomi negara yang dilanda krisis, dalam pidato televisi kepada kabinet barunya.
Assad mengatakan bahwa pemerintahnya harus fokus pada daerah termiskin di negara ini.
“Prioritas harus diberikan kepada daerah termiskin di Suriah,” katanya menambahkan bahwa Suriah ingin menjalin hubungan baik dengan semua negara di dunia.(fq/aby)