Ibarat kata pepatah "Senjata Makan Tuan", itulah yang dialami AS sekarang dalam menghadapi perlawanan para pejuang Taliban di Afghanistan. Menurut John Meyer dari lembaga Government Accountability Office (GAO), para pejuang Taliban telah memanfaatkan teknologi militer AS untuk melakukan serangan mematikan terhadap pasukan AS dan NATO di Afghanistan.
"Dari pembicaraan kami dengan Departemen Pertahanan, para teroris mengenakan seragam tentara AS dan peralatan sinar infra merah untuk menyerang pasukan AS dan aliansinya dalam medan pertempuran dan di basis-basis militer," kata Meyer seperti dikutip surat kabar Washington Post, edisi Senin (22/6).
Dalam laporannya, GAO menyatakan, para pejuang Taliban mengenakan peralatan yang dilengkapi sinar infra merah-peralatan yang didisain militer AS untuk melindungi tentaranya agar terhindar dari target tembakan saat pertempuran-dalam serangan-serangannya. Dengan menggunakan sinar infra merah itu, kata GAO, para pejuang Taliban bisa dengan mudah melakukan penetrasi tanpa dicurigai sebagai musuh.
Menurut GAO, para pejuang Taliban mendapatkan peralatan itu dari penjualan di internet karena alat tersebut bisa dibeli dengan sangat mudah melalui pembayaran elektronik dan harganya pun tidak terlalu mahal, hanya sekitar 10 dollar per unit.
GAO mengklaim telah melakukan investigasi dan menemukan para pembeli menggunakan nama dan perusahaan palsu untuk membeli peralatan infra merah dengan menggunakan kartu kredit. Bahkan pembelian dilakukan di sebuah dealer peralatan militer yang berbasis di New York karena di AS, peralatan itu memang boleh dijual dan dibeli secara bebas.
Masih menurut laporan GAO, selain membeli, para pejuang Taliban mendapatkan peralatan infra merah itu dari hasil rampasan saat melakukan serangan terhadap konvoi pasukan AS di Afghanistan dan konvoi kendaraan pengangkut bahan logistik untuk pasukan AS dan NATO di wilayah Pakistan.
Laporan GAO ini membuat sejumlah anggota legislatif AS khawatir dan mengingatkan militer AS agar membatasi peredaran peralatan militer semacam itu.
Sejak invasi AS ke Afghanistan yang berhasil menumbangkan pemerintahan Taliban, pasukan Taliban melakukan taktik perang gerilya untuk melawan kehadiran pasukan asing. Laporan-laporan terakhir menyebutkan bahwa Taliban makin canggih dan mampu melengkapi dirinya dengan peralatan peran berteknologi tinggi.
Militer AS sendiri mengakui bahwa pasukannya dan pasukan NATO di Afghanistan "kedodoran" dalam menghadapi perlawanan Taliban. Tahun 2008 diakui AS sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan dan aliansinya sejak invasi AS ke negeri itu tahun 2001. Sepanjang tahun kemarin, sedikitnya 290 tentara asing dan 1.000 pasukan militer Afghanistan tewas akibat serangan Taliban. (ln/iol)