Amerika Serikat kini tengah melakukan perundingan di Nairobi Kenya, dengan sejumlah utusan kabilah besar Somalia yang mendukung Asosiasi Mahkamah Islam. Perundingan itu dilakukan agar para tokoh kabilah Somalia itu menarik dukungannya terhadap Asosiasi Mahkamah Islam dan mau bekerjasama dengan AS.
Laporan Islamonline (18/4), menyebutkan pernyataan sejumlah sumber Somalia yang juga menjadi anggota dalam perundingan itu. “Para agen intelejen CIA kini tengah melakukan komunikasi resmi dengan sejumlah perwakilan kabilah untuk menarik dukungan mereka terhadap kepemimpinan Mahkamah Syariah Islam di Somalia,” kata salah satu sumber.
Ia melanjutkan, AS juga meminta kabilah-kabilah di Somalia untuk bisa bekerjasama lebih baik untuk memerangi terorisme yang diklaim telah menyebar di Somalia. “Hingga saat ini sejumlah sumber masih menyebutkan komunikasi intensif itu terus berlangsung dan tengah memasuki fase yang sulit. Kesulitan itu muncul terkait perbedaan mendasar satu sama lain dalam memandang posisi Mahkamah Syariah Islam dan peranannya di masyarakat Somalia,” tambahnya.
Beberapa titik perbedaan pendapat itu, misalnya soal persepsi AS terhadap Mahkamah Islam yang disebut dikendalikan oleh para tokoh jahat untuk menguasai Somalia dan mendirikan sebuah pemerintahan Islami yang ekstrim sebagaimana terjadi di Afghanistan dengan Talibannya. Selain itu, orang-orang pengelola Mahkamah Syariah Islam dalam fitnah yang disebarkan AS adalah anggota gerakan Al-Qaidah yang akan membawa banyak kerusakan di Somalia. AS bahkan memandang pemimpin Mahkamah Syariah Islam itu termasuk dalam lindungan tiga orang paling berbahaya dalam jaringan Al-Qaidah, yang terlibat dalam peledakan dua kedutaan besar Kenya dan Tanzaniya tahun 1998.
Sementara para tokoh kabilah justru memandang kebalikannya. Mereka yang mengetahui lebih dekat pengelola Mahkamah Syariah Islam itu adalah kumpulan keluarga dan kabilah untuk mengatasi berbagai permasalahan di Somalia. Tidak lebih.
Perundingan jahat ini dilakukan AS setelah sejumlah pemimpin Mahkamah Islam menang dalam kontak senjata berhadapan dengan “Koalisi Perdamaian dan Perang terhadap Terorisme” yang disokong AS di Mogadishu. Menurut sumber Islamonline, selain pendekatan intensif melalui perundingan, AS juga mulai menawarkan sejumlah bantuan dana untuk kabilah dimaksud, sampai ancaman kasar bila mereka tidak mengikuti keinginan AS.
Asosiasi Mahkamah Syariah Islam di Somalia dibentuk pada tahun 2003. Asosiasi ini memiliki sayap keamanan dan kehakiman di Mogadishu dan telah memainkan peran besar dalam mengembalikan stabilitas keamanan di Somalia. Karena kesuksesannya itu, menurut laporan PBB, 80% wilayah Mogadishu telah dikuasai oleh Asosiasi Mahkamah Syariah Islam ini. Mereka terdiri dari berbagai kelompok agama Islam di Somalia, dan keberadaan mereka dipandang oleh kepala kelompok bersenjata di Somalia sebagai entitas yang membahayakan kekuasaan mereka di Somalia. (na-str/iol)