AS Tak Akan Pernah Meninggalkan Israel


Hubungan antara AS dengan Israel, seperti tak akan pernah putus, dan tetap berlangsung sepanjang sejarah. AS dengan Israel tak akan pernah menjadi musuh. AS dengan Israel akan tetap menjadi ‘Saudara’. Karena, hakikatnya AS, siapapun presiden dan yang memimpin negeri itu, pasti akan tetap menjadi ‘abdi’ Israel.

Bayangkan. Di tengah-tengah kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden ke Israel, tiba-tiba seorang pejabat setingkat menteri, mengumumkan tentang pembangunan 1.600 perumahan baru, yang dibangun di Jerusalem. Ini benar-benar sebuah tindakan mempermalukan dan ‘penghinaan’ terhadap Joe Biden, yang membawa misi ingin menghidupkan kembali ‘perdamaian.’ Tetapi, baru tiba di Jerusalem, Joe Biden sudah disuguhi dengan keputusan tentang pembangunan perumahan, yang menjadi pangkal sengketa perdamaian di Timur Tengah saat ini.

Tak lama Wakil Presiden AS Joe Biden, yang sudah merasa dipermalukan oleh seorang pejabat Israel itu, mengeluarkan pernyataan, yang mengutuk tindakan Israel, yang tetap melaksanakan pembangunan pemukiman di Jerusalem itu. Dampak dari pernyataan Joe Biden itu, menyebabkan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menunda kunjungan ke AS, yang akan dijadwalkan bulan depan. Penundaan itu sebagai bentuk protes terhadap pernyataan Joe Biden, yang dianggap tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah Israel, yang terus membangun pemukiman baru di tanah jajahannya. Israel tidak pernah merasa bersalah membangun pemukiman baru di tanah jajahannya di Tepi Barat dan Jerusalem, yang sudah dirampas sejak perang tahun l967.

Tapi, ketegangan itu, hanya berlangsung sangat singkat, bersamaan dengan pernyataan Menlu AS, Hillary Clinton, yang menyatakan, "Kami mempunyai komitmen yang bersifat abadi kepada keamanan Israel. Kami mempunyai hubungan yang sangat kokoh, dan kami mempuyai hubungan yang saling melindungi antara AS dengan Israel," ujar Hillary, yang sebentar lagi akan mempunyai mantu seorang bankir Yahudi.

Netanyahu tak pernah mau mengerti bahasa-bahasa yang normal, yang digunakan dalam pergaulan masyarakat dunia, dan tetap pada pendapatnya. Israel di bawah Netanyahu semakin kental, dan terus mengeras sikapnya, tak mau peduli dengan lingkungan,yang menolak pembangunan pemukiman baru Yahudi. Karena tak ada yang dapat menghalangi lagi. Tidak juga AS dapat menghalangi Israel yang terus melakukan ekspansi pembangunan pembangunan pemukiman baru di tanah jajahan. Bahkan, sekarang ini, Israel membangun sinagog di dalam lingkungan Masjidil Aqsha.

Padahal, syarat bagi pembicaran damai, salah satu diantaranya adalah moratorium (penghentian) pembangunan pemukiman Yahudi di tanah-tanah yang telah diduduki Israel.

Dengan tindakan yang dilakukan Israel itu, kenyataannya AS di bawah Obama, tak dapat menghentikan langkah-langkah Israel. Dengan pernyataan-pernyataan yang selalu mendiskreditkan semua fihak yang berbeda dan mengkritisi terhadap sikap dan kebijakan Israel, maka selalu yang keluar kepada fihak yang mengkritisi tak lain, adalah ‘Anti Semit’ (Anti Yahudi). Inilah senjata yang ampuh yang digunakan Israel.

Semua fihak yang sudah mendapat ‘stempel’ dari Zionis Israel, terutama para pemimpin Barat, termasuk AS, seperti Obama, pasti badannya akan ‘menggigil’ ketakutan. Maka, tak lama setelah Wakil Presiden AS, Joe Biden, yang mengkutuk pembangunan pemukiman baru di wilayah Tepi Barat itu, buru-buru Menlu AS Hillary Clinton, segera memperbaiki sikapnya, dan menyatakan, bahwa keamanan Israel menjadi prioritas utama, dan tetap mendukung Israel.

Memang, AS hanyalah negara yang sudah jatuh ke dalam perangkap Zionis-Israel, sehingga tidak mungkin sikapnya dapat berubah, dan mendukung negara-negara Arab, terutama Palestina, yang sekarang ini menghadapi isolasi dan embargo Israel secara total. Sebaliknya, negara-negara Arab dan Muslim, ikut-ikutan mengucilkan rakyat Palestina, dan menuduh Hamas sebagai gerakan teroris. Tetapi, menutup mata terhadap Israel yang setiap saat  membunuhi rakyat Palestina.

Dunia dan pemimpin dunia sudah benar-benar menjadi budaknya Zionis-Israel. Para pemimpin yang ada sekarang ini, tak lain adalah corong Zionis, dan mereka berfungsi sebagai ‘loudspeakernya’ Zionis. (mhi)