Visa kunjungan itu dikabulkan, menyusul permintaaan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad beberapa waktu lalu, yang minta diberi kesempatan untuk menyampaikan pidatonya di depan anggota Dewan Keamanan PBB, terkait ancaman sangsi baru terhadap Negeri Para Mullah itu.
Media massa AS, seperti Reuter dan VOA mengutip pernyataan para pejabat departemen luar negeri AS yang mengatakan, karena markas besar PBB berada di AS maka AS tidak ingin dipandang menghalang-halangi rencana perjalanan pemimpin Iran itu.
Selain visa Ahmadinejad, Deplu AS juga mengabulkan permohonan visa lebih dari 70 pejabat Iran termasuk para diplomat, aparat keamanan serta kru pesawat terbang yang akan membawa rombongan presiden Iran.
Seperti diketahui, meski diancam sangsi baru, Presiden Iran menegaskan sangsi itu tidak akan membuat negaranya menghentikan program nuklir mereka. Untuk itu, Presiden Ahmadinejad minta diberi kesempatan menjelaskan program nuklirnya di hadapan Dewan Keamanan PBB.
Namun juru bicara Deplu AS Sean McCormack pada para wartawan menyatakan, kedatangan presiden Iran ke PBB seharusnya menjadi saat yang ideal bagi negara itu untuk mengumumkan penghentian program pengayaan uraniumnya dan kembali ke meja perundingan.
"Kami punya kewajiban sebagai negara tempat beradanya markas PBB dan kami akan bersikap sesuai kewajiban itu, " kata McCormack.
"Ini juga akan menjadi saat yang penting bagi Presiden Ahmadinejad dalam pidatonya di depan Dewan Keamanan, untuk mengatakan bahwa ‘kami mau bernegosiasi, kami tidak mau konfrontasi, kami ingin dialog dan menerima penawaran negosiasi yang diajukan’ lima negara (anggota tetap DK PBB) plus satu (negara Jerman), " sambung McCormack.
Menurutnya, menteri luar negeri Iran Manouchehr Mottaki dan juru runding nuklir Iran Ali Larijani, akan menyertai rombongan presiden Iran. (ln/reuters/voa)