Perekonomian AS terus menunjukkan gejala penurunan dan belum ada tanda-tanda akan menggeliat sedikitpun. Industri otomotif di negara itu juga terancam bangkrut, setelah pemerintah menyatakan tidak bisa memenuhi permintaan industri itu akan dana penyelamatan. Jika industri otomotif di AS kolaps, tiga juta tenaga kerjanya terancam menjadi pengangguran.
Saat ini AS sedang mendekati negara-negara Teluk untuk mencari bantuan dana bagi perekonomiannya. Surat kabar Al-Seyassah terbitan Kuwait edisi hari Kamis melaporkan bahwa AS sudah meminta pada empat negara Teluk untuk memberikan dana bantuan sebesar 300 milyar dollar pada AS untuk menghadapi krisis keuangan global dan untuk mencegah agar negara adidaya itu tidak jatuh ke dalam resesi yang makin dalam.
Harian itu mengkalim mengutip "sumber-sumber terpercaya" yang mengatakan bahwa Washington meminta bantuan sebesar 120 milyar dollar pada Arab Saudi, 70 milyar dollar pada Uni Emirates Arab, 60 milyar dollar pada Qatar dan 40 milyar dollar pada Kuwait.
Al-Seyassah menyebutkan, AS akan menggunakan dana bantuan itu untuk membantu industri otomotifnya, industri perbankan dan perusahaan-perusahaan lain yang terancam kolaps akibat kesulita keuangan.
Selain meminta bantuan, AS juga minta Kuwait agar memberikan pengampunan atas hutang-hutang Irak pada Kuwait yang jumlahnya mencapai 16 milyar dollar. Padahal penyebab hutang-hutang Irak adalah invasi AS ke Negeri 1001 malam itu.
Konglomerat Saudi Bantu Citigroup
Konglomerat Arab Saudi Pangeran Alwaleed bin Talal menyuntikkan dana segar ke Citigroup, bank terbesar kedua di AS yang pekan kemarin kembali mem-PHK 50.000 karyawannya akibat krisis finansial global. Pangeran bin Talal menyatakan akan menambah sahamnya hingga 5 persen dari jumlah sahamnya di bank tersebut yang jumlahnya kurang dari 4 persen.
Ia menyebut penambahan sahamnya "tidak berarti apa-apa", namun Pangeran Saudi itu menyatakan dukungan penuhnya pada pihak manajemen bank, termasuk Kepala Eksekutif Citigroup Vikram Pandit untuk menyelamatkan bank yang hampir kolaps itu. Selain memangkas jumlah karyawan, Citigroup juga sudah memangkas biaya pengeluaran sebesar 20 persen untuk menghadapi krisis ekonomi di AS yang makin memburuk.
Nilai saham Citigroup di pasaran, sepanjang bulan November ini sudah merosot sebesar 48,7 milyar dollar. Analis mengatakan, Citigroup kemungkinan akan mengalami kerugian lebih dari 20 milyar dollar pada tahun 2009, dari sektor real estate dan kartu kredit seiring dengan resesi ekonomi yang melanda hampir seluruh dunia.(ln/reuters/mol)