AS Berpacu Memburu Taliban

Presiden AS, Barack Obama dan segenap komradnya sama sekali belum menyelesaikan kebijakan apapun tentang Afghanistan. Afghanistan tak pelak telah menjadi salah satu kebijakan berbahaya dan terburuk yang diambil AS selama George Bush memimpin, dan celakanya malah diteruskan kembali oleh Obama. Obama menyatakan bahwa ia tak punya pilihan lain selain mengepung Taliban di seluruh negeri—salah satunya dengan telah kembali mengirim tambahan 17.000 pasukan ke Afghanistan.

Dalam beberapa pekan ke depan, Obama dipastikan sibuk dengan berbagai pertanyaan seputar penjelasan sukses besarnya di Afghanistan. Obama mempunyai dua opsi: menguatkan pemerintahan Kabul yang sangat dibenci oleh rakyat Afghanistan ataukah memelihara para pemimpin rakyat di lapangan. Korupsi kolektif yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden Hamid Karzai’ telah membuat membuat rakyat Afghan menjadi begitu ekstrem dan lebih percaya kepada mereka yang lebih dekat kepadanya, dalam hal ini Taliban. Sekarang ini Taliban hidup bersama rakyat Afghanistan sedangkan tentara Afghan sendiri dilatih oleh tentara AS dan NATO untuk menyingkirkan Taliban.

Obama mati-matian meyakinkan dunia bahwa AS akan lebih terbuka terhadap Taliban, namun semua orang justru skeptis jika Taliban akan mulai membuka diri terhadap AS. Dalih Obama bahwa Pakistan pun harus membuka diri untuk kebaikan negara itu sendiri rasanya seperti sesuatu yang naif, karena siapapun tahu, Taliban menguasai ekonomi rakyat jika diuangkan sebanyak $720 juta yang bisa diputarkan dari industri yang berkembang. Obama secara terang-terangan dan memaksa telah meminta Pakistan untuk pula memerangi Taliban.

Pakistan tak pelak telah masuk ke dalam jerat politik dan konflik yang rumit: ketidakstabiltiasan politik dan ekonomi, bermunculannya orang-orang yang memusuhi tentara AS di jalanan. Obama masih terus berusaha mengumpulkan pejabat senior Pakistan dan Afghanistan dalam satu diskusi untuk mau bersatu. Saudi Arabia, Iran, dan India masuk dalam kaukasus ini.

Obama sedang berpacu dengan Taliban, yang sekarang telah masuk ke Kabul dengan damainya karena diterima oleh rakyat Afghan. Siapa yang akan menang di Afghanistan? (sa/nyt)