AS Korup Hasil Pendapatan Minyak Irak?

Selama empat tahun invasi AS ke Irak, Irak kehilangan ratusan milyar hasil pendapatan minyaknya. Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mengecam  AS yang disebutnya harus mempertanggungjawabkan uang milik rakyat Irak yang hilang itu.

Ahmadinejad mengatakan bahwa AS telah menerapkan kebijakan eksploitasi terhadap sumber-sumber alam negara-negara yang dijajahnya untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi Amerika akibat ulah para politisinya sendiri. Ia juga mempertanyakan kembali apa sebenarnya motif invasi AS ke Irak tahun 2003 lalu.

Surat kabar The New York Times mengutip draft laporan pemerintah Irak tahun 2007 yang mengatakan bahwa selama lebih dari empat tahun belakangan, tidak jelas kemana larinya hasil produksi minyak Irak yang mencapai 100.000 sampai 300.000 barel per hari. Ada kemungkinan minyak-minyak itu diselundupkan atau hasil penjualannya yang jika dihitung dipekirakan mencapai 100 juta dollar, di korupsi.

Kecurigaan Presiden Iran beralasan, karena setelah menginvasi Irak, pemerintah AS berusaha mendapatkan persetujuan dari PBB untuk mengambilalih kontrol keuangan pemerintah negara Irak. Presiden George W. Bush, pencetus perang Irak bahkan sampai mengatakan bahwa ia akan membelanjakan uang milik pemerintah Irak dengan bijak.

Kenyataannya, sejumlah laporan mengungkap berbagai pelanggaran yang dilakukan pemerintah AS dalam mengelola milyaran dollar hasil pendapatan minyak Irak. Frank Willis, seorang mantan pejabat AS di Irak pada bulan Februari 2005 lalu pernah mengatakan bahwa ada ada kebocoran yang cukup besar dalam asset-asset milik negara Irak, dan kebocoran itu terjadi karena penggunaan asset yang boros.

Pada September 2007, mantan Ketua Federal Reserve AS Alan Greenspan mengakui bahwa motif utama invasi AS ke Irak adalalah minyak. "Saya sangat sedih, untuk menyatakan sesuatu yang secara politis akan sangat tidak enak didengar oleh semua orang, bahwa perang Irak semata-mata karena soal minyak," kata Greenspan.

Pengakuan Greenspan, bukan isapan jempol karena kandidat presiden AS dari Partai Republik John McCain pada bulan Mei kemarin juga mengatakan bahwa ketergantungan Amerika pada sumber minyak di negara lain adalah motif utama invasi ke Irak.

Jika demikian, lengkaplah sudah kejahatan yang telah dilakukan AS selama pemerintahan Presiden George W. Bush. Bush telah terbukti bohong atas tuduhan adanya senjata pemusnah massal di Irak yang dijadikannya sebagai alasan untuk menyerang dan menjajah Irak. Setelah itu, pemerintahan Bush jelas-jelas menyalahgunakan uang negara milik rakyat Irak, kalau tidak berlebihan untuk menyebutnya telah mencuri kekayaan negara Irak dari hasil produksi minyaknya.

Pencurian-pencurian itu besar kemungkinan akan terus terjadi, apalagi AS akhirnya berhasil membujuk pemerintah Irak untuk menandatangi kesepakatan yang memberi izin bagi militer AS tetap berada di Irak sampai tahun 2011, hari Rabu kemarin.

Irak bersedia menandatangai kesepakan itu, setelah AS menyetujui persyaratan yang membolehkan Irak memproses secara hukum tentara-tentara AS yang melakukan tindak kejahatan. Kesepakatan itu juga menegaskan bahwa AS harus mulai menarik pasukannya dari kota-kota di Irak pada bulan Juni 2009, dan penarikan pasukan dari semua wilayah Irak harus selesai pada 31 Desember 2011. (ln/prtv/aljz)