Amerika Serikat pada hari Senin kemarin (30/7) menuduh Mesir, Cina dan Eropa menekan kebebasan beragama, mengutip meningkatnya anti-Semiti, larangan cadar dan serangan terhadap warga Kristen Koptik.
“Dalam masa transisi, situasi agama minoritas di masyarakat ini muncul ke permukaan,” tulis Departemen Luar Negeri, dalam laporan pertamanya tentang hak-hak agama sejak pemberontakan Arab tahun lalu.
“Beberapa anggota masyarakat yang telah lama ditekan mencari kebebasan yang lebih besar dan menghormati hak-hak mereka sementara yang lain takut akan perubahan. Dengana danya aspirasi yang berbeda dapat memperburuk ketegangan yang ada,” deplu AS memperingatkan.
Laporan rincian situasi pada tahun 2011 mencatat bahwa di Mesir, meskipun pemimpin militer sementara negara Arab itu telah membuat gerakan ke arah inklusivitas yang lebih besar, ketegangan dan kekerasan sektarian telah meningkat.
Laporam itu mengecam kegagalan pemerintah Mesir untuk mengekang kekerasan yang meningkat terhadap umat Kristen Koptik dan keterlibatan pemerintah dalam serangan kekerasan.
Laporan itu mengutip serangan pada Oktober tahun lalu di mana 25 orang, sebagian besar Koptik, tewas ketika pasukan keamanan Mesir menindak aksi protes di luar gedung radio nasional dan stasiun televisi.
Departemen Luar Negeri juga mengisyaratkan adanya kemerosotan tajam selama 2011 dalam hal pemerintahan dan perlindungan kebebasan beragama di Cina.
“Di daerah Otonomi Tibet dan wilayah Tibet lainnya, terjadi peningkatan pembatasan kegiatan agama, terutama di biara-biara Budha dan pertapaan Tibet,” kata laporan itu.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa negara-negara Eropa mengalami pergeseran demografis utama dengan meningkatnya xenofobia, anti-Semitisme, sentimen anti-Muslim, dan intoleransi terhadap warga yang dianggap ‘orang lain’.
Laporan itu mengecam meningkatnya jumlah negara-negara Eropa, termasuk Belgia dan Perancis, yang membatasi Muslim menggunakan cadar.(fq/afp)