Dalam pertemuan tersebut, AS diwakili oleh utusan khususnya untuk Irak Ryan Cooker, begitu juga dengan Iran, diwakili oleh utusan khususnya untuk Irak Hassan Kazemi Qomi. Keduanya bertemu di rumah PM Irak, Nouri Maliki.
Pertemuan itu merupakan pertemuan bilateral pertama AS-Iran di hadapan publik sejak 30 tahun setelah AS memutuskan hubungan dengan Negara Para Mullah itu, pasca tumbangnya rejim Shah pada tahun 1979.
AS menolak dikatakan bahwa pihaknyalah yang lebih dulu berinisiatif untuk melakukan pertemuan itu. Menyoal pertemuan itu, Crocker kembali menegaskan tudingan pemerintah AS bahwa Iran telah membantu para pejuang Syiah dan Sunni di Irak untuk menyerang pasukan AS dan militer Irak. Sedangkan Iran akan menyampaikan desakannya agar AS segera menentukan jadwal penarikan mundur pasukannya dari Irak.
BBC melaporkan, agenda pertemuan AS-Iran di rumah PM Irak, Senin (28/3) hanya membicarakan masalah keamanan di Irak dan tidak menyinggung persoalan lainnya, misalnya masalah nuklir Iran.
Dalam wawancara dengan BBC, Menlu Iran Hoshiyar Zebari menyatakan, pertemuan antara perwakilan AS dan Iran di Baghdad merupakan langkah awal bagi dialog antara kedua negara. Namun ia mengaku tidak terlalu berharap akan adanya "keajaiban" setelah pertemuan itu.
Laporan BBC juga menyebutkan, di dalam negeri Iran sendiri muncul pesimisme. Secara simbolis, pertemuan Baghdad memang penting tapi Tehran menyatakan sangat kecil kemungkinan bagi adanya penyelesaian yang dramatis. Posisi Iran dalam pembicaraan itu sudah diarahkan oleh pemimpin spiritual tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei yang menyatakan bahwa pemerintah AS adalah pemerintahan kolonial, arogan, penjajah dan banyak bohongnya.
Masih menurut BBC, bagi Iran, tujuan pertemuan tersebut adalah untuk mengingatkan pasukan militer AS di Irak bahwa mereka punya tanggung jawab hukum untuk menciptakan keamanan di Irak.
Pakar Timur Tengah di Centre for Strategic and International Studies Washington Anthony Cordesman juga mengingatkan agar tidak terlalu berharap dari hasil pertemuan tersebut.
"Orang harus lebih hati-hati mengenai perkembangan-perkembangan dialog yang membingungkan, " katanya.
Ia melanjutkan, AS tahu apa yang dinginkannya dari Iran. "Tapi bahwa AS bisa mendapapatkannya dari Iran, sangat jelas tidak mungkin. AS ingin Iran menghentikan bantuannya pada kelompok pejuang Syiah dan tidak lagi menyediakan senjata bagi kelompok itu. Pada saat yang sama, AS tidak bisa memberikan yang lebih pada Irak, " papar Cordesman.
Di sisi lain, Iran mengklaim berhasil mengungkap sejumlah jaringan mata-mata AS dan sekutunya yang beroperasi di Iran dann pada hari Minggu kemarin, pemerintah Iran telah memanggil duta besar Swiss-yang mewakili kepentingan AS di Iran-untuk meminta penjelasan tentang jaringan spionase itu. TV Iran menyebut jaringan mata-mata tersebut sedang berupaya untuk melakukan "infiltrasi dan sabotase di wilayah Iran sebelah barat, tengah dan barat daya.
Gedung Putih tidak membenarkan atau membantah klaim Iran. Jubir Gedung Putih Dana Perino hanya mengatakan bahwa AS meminta Iran memainkan peranan yang positif di Irak dan tidak malah menyalahkan pihak lain atas persoalan-persoalan yang telah ditimbulkan oleh Iran sendiri. (ln/bbc/aljz)