Dokter dan sejumlah pakar di Pakistan menyatakan bahwa AS menggunakan senjata kimia dalam serangan dengan menggunakan pesawat tanpa awak ke wilayah negara itu. Ini terlihat dari kondisi para korban serangan, yang kebanyakan dari kalangan warga sipil.
Mereka yang menjadi korban serangan pesawat tanpa awak AS menderita berbagai gangguan penyakit di bagian kulit, optik dan pernapasan. "Dari fakta ini bisa disimpulkan bahwa Washington menggunakan senjata kimia dalam serangannya ke wilayah Pakistan," kata seorang dokter yang tidak mau disebut jati dirinya.
Ia mengungkapkan, sejak AS mengerahkan pesawat tanpa awak untuk menembakkan misil-misil yang mengandung zat kimia berbahaya, banyak korban luka yang kondisinya dibilang hidup tidak, mati juga akibat komplikasi penyakit yang disebabkan oleh material kimia berbahaya yang terkandung dalam misil-misil tersebut.
Hal serupa diungkapkan dokter lainnya di sejumlah rumah sakit besar di Peshawar. Tapi para pasien yang luka-luka akibat serangan pesawat tanpa awak AS, kata para dokter itu, biasanya langsung dipindahkan ke rumah sakit pemerintah sehingga tidak ada informasi yang lengkap.
Pemerintah dan rakyat Pakistan dibuat berang oleh serangan sepihak yang dilakukan militer AS ke wilayah negara itu, dengan dalih menghancurkan basis-basis pejuang Taliban atau Al-Qaida. Namun yang mereka serang seringkali perkampungan penduduk, sehingga menimbulkan korban jiwa di kalangan warga sipil.
Bulan April lalu, badan intelijen Inter-Service Intelligence (ISI) Pakistan sudah meminta AS untuk menghentikan serangannya ke wilayah Pakistan, dan menghentikan kegiatan mata-matanya di negara itu. Kepala ISI, Letnan Jenderal Ahmad Shuja Pasha memerintah Washington untuk menarik seluruh agen rahasianya dari Pakistan. Namun seruan itu tak digubris AS.
Militer AS masih sering melakukan serangan dengan menggunakan pesawat tanpa awak, terutama ke wilayah barat laut Pakistan. Sepanjang tahun 2010 saja, tercatat lebih dari 100 kali serangan pesawat tanpa awak AS ke Pakistan. (ln/FNA)