Meski sudah jelas-jelas menyerang dan membunuh warga sipil di Pakistan, AS nampaknya tidak mau mengakui kesalahannya itu. Bukannya minta maaf, Menteri Luar Negeri AS Condoleeza Rice malah menyatakan AS akan tetap menerapkan strategi yang keras untuk menumpas militan Al-Qaeda yang ada di perbatasan Afghanistan-Pakistan.
"Kami akan melanjutkan kerjasama dengan Pakistan dan kami akan berupaya memperhatikan apa yang menjadi kekhawatiran mereka," kata Rice pada para wartawan di sela-sela perjalanannya ke Liberia.
Ia juga mengatakan, Al-Qaeda dan sekutunya, pasukan Taliban bukanlah orang-orang yang harus diperlakukan dengan cara halus.
Sementara itu, salah seorang senator AS John McCain menyatakan mengecam terjadinya korban jiwa dari kalangan sipil dalam serangan itu. Namun ia mengatakan, korban semacam itu tidak bisa dihindarkan sementara AS masih melancarkan perang anti terorismenya.
"Kami minta maaf, tapi kami tidak bisa berjanji bahwa kami tidak akan melakukan tindakan serupa lagi," kata McCain yang juga veteran perang Vietnam ini pada acara ‘Face the Nation’ di stasiun televisi CBS.
Di mana sebenarnya Al-Zawahari?
Seperti diketahui, AS melakukan serangan membabi buta ke wilayah pedalaman Pakistan, Bajaur yang berbatasan dengan Afghanistan pada Sabtu (14/1) kemarin, dengan alasan mendapatkan informasi intelejen bahwa orang nomor dua Al-Qaida Ayman Al-Zawahiri sedang berada di wilayah itu untuk memenuhi undangan makan malam dalam perayaan Idul Adha. Belakangan diketahui bahwa informasi itu tidak benar, namun serangan misil AS terlanjur menewaskan 18 warga sipil di wilayah itu.
Al-Zawahari sendiri diperkirakan lolos dalam serangan itu, karena ia tidak jadi datang memenuhi undangan tersebut. Edisi online The Independent mengutip keterangan seorang anggota intelejen senior yang mengatakan, "Dia (Al-Zawahari diundang makam malam, tapi kami tidak punya bukti bahwa dia menghadiri undangan itu."
Jaringan televisi Al-Arabiya dalam tayangannya juga mengungkapkan telah mendapatkan informasi yang bisa dipercaya bahwa orang nomor dua di Al-Qaida itu masih hidup.
Namun, sumber-sumber AS tetap yakin bahwa serangan yang dilakukannya berdasarkan pada informasi intelejen yang valid. Mereka juga menyatakan terlalu dini untuk merasa yakin bahwa Al-Zawahari masih hidup.
Buat AS, jika Al-Zawahiri terbunuh, merupakan sukses besar dalam perburuannya terhadap anggota Al-Qaeda. AS menghargai kepala Al-Zawahiri sebesar 25 juta dollar AS.
Aksi Unjuk Rasa Anti Amerika Meluas di Pakistan
Partai Liga Muslim Pakistan menyerukan rakyat Pakistan untuk menggelar aksi aksi unjuk rasa terhadap AS sebagai bentuk protes atas serangan pasukan AS ke wilayah Pakistan yang menyebabkan tewasnya warga sipil, anak-anak dan kaum perempuan.
Sejak hari Minggu (15/1) kemarin, harian-harian dan televisi di Pakistan memberitakan aksi protes di sejumlah kota-kota besar di Pakistan. Koran-koran juga menulis editorial yang mengkritik aksi brutal AS tersebut.
Harian berbahasa Inggris Daily Times dalam editorialnya berjudul ‘Pantomime about Al-Zawahari’ mempertanyakan, ‘Jika pihak intelejen cacat, intelejen siapakah yang cacat itu?’
"Apa yang dihadapi pemerintahan Musharaf adalah tewasnya 18 warga Pakistan, yang kebanyakan anak-anak dan kaum perempuan. Pemerintahan Musharaf juga menghadapi pertikain akibat kinerja intelejen yang serampangan dan ini bukan yang pertama kalinya ketika persoalan itu menyangkut rakyat Pakistan dan campur tangan AS," tulis editorial tersebut.
Harian terkemuka lainnya, The News dalam editorialnya mengatakan, jika pasukan AS memiliki informasi tentang Al-Zawahri- yang dikenal sebagai salah satu pentolan Al-Qaeda dan sedang diburu AS-pasukan AS seharusnya menyerahkan tugas itu pada pasukan keamanan Pakistan.
Sementara itu, pemerintah Pakistan secara resmi sudah menyampaikan nota protes pada AS pada hari Sabtu (14/1) beberapa saat setelah kejadian dan memanggil duta besar AS ke kementerian luar negeri Pakistan.
Rakyat Pakistan yang marah sejak hari Minggu kemarin menggelar aksi unjuk rasa di kota Islamabad, Lahore, Multan dan Peshawar. Mereka bukan hanya mengungkapkan kemarahan pada AS tapi juga pada presiden mereka Musharaf yang dikenal ‘dekat’ dengan AS khususnya selama negara Paman Sam itu melancarkan perang anti terorisme. Islamist Muttahida Majlis -e-Amal (MMA), kelompok oposisi dan sekular di Pakistan, juga ikut serta dalam aksi protes tersebut. (ln/iol/theindependent)