AS dan George W. Bush, Makin Tak Populer di Negara-Negara Arab

Polling yang digelar Universitas Maryland dan Zogby International menunjukkan bahwa 8 dari 10 orang Arab tidak senang dengan negara AS. Menurut Profesor Shibley Telhami dari Universitas Maryland, ketidakpercayaan masyarakat Arab terhadap AS, cenderung meningkat.

Polling dilakukan di enam negara Arab, antara lain Arab Saudi, Mesir, Maroko, Yordania, Lebanon dan Uni Emrirat Arab dengan melibatkan 4.000 responden. Dari jumlah itu, 83 persen responden memandang negara AS sebagai negara yang kurang baik, 70 persen menyatakan tidak percaya lagi dengan negara superpower.

"Anda melihat kondisi ini pada banyak orang yang merasa senang jika AS menarik diri dari Irak, " kata Telhami seraya mengingatkan bahwa dari hasil survei setiap tahun, makin banyak orang yang menginginkan AS segera angkat kaki dari Irak.

Hanya 6 persen responden yang menyatakan bahwa penambahan pasukan AS ke Irak sebanyak 30.000 pasukan pada tahun 2007 lalu, berhasil meredakan konflik. Dan satu dari tiga responden mengaku tidak percaya dengan pemberitaan media massa yang mengatakan bahwa tingkat kekerasan di Irak menurun setelah AS menambah pasukannya.

Selain itu, 8 dari 10 masyarakat Arab berpendapat bahwa kondisi Irak setelah invasi AS lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Cuma dua persen responden yang berpendapat, kondisi Irak lebih baik setelah invasi AS tahun 2003. Yang paling menonjol dari survei tentang Irak, 59 persen responden mengatakan bahwa situasi Irak akan tetap tidak stabil dan bisa mempengaruhi stabilitas di kawasan tetangganya.

Terkait negara Iran, mayoritas responden mengakui tidak memandang Iran sebagai ancaman bagi mereka dan 67 persen responden menyatakan bahwa Iran berhak atas program nuklirnya. Hasil polling ini, bertolak belakang dengan wacana yang selama ini digembar gemborkan AS bahwa Iran adalah ancaman bagi negara-negara Arab.

Dari polling itu juga terungkap bahwa 80 persen responden beranggapan bahwa konflik Arab-Israel merupakan isu penting bagi kawasan Timur Tengah. Di sisi lain, 55 persen responden mengaku tidak yakin akan terjadi perdamaian abadi antara Israel-Palestina meski telah dimediasi oleh AS.

Terkait konflik Hamas-Fatah, 18 persen responden mendukung Hamas dan cuma 8 persen yang mendukung Fatah. Tapi 37 persen responden menyatakan mendukung kedua faksi terbesar di Palestina itu. Prosentase serupa juga terjadi dalam hal konflik di Libanon, di mana cuma 9 persen responden yang bersimpati pada pemerintahan koalisi di Libanon yang didukung AS. Sementara 30 persen responden bersimpati pada Hizbullah.

Hasil polling juga menunjukkan bahwa Presiden AS, George W. Bush menjadi tokoh yang paling tidak disukai oleh para responden (63 persen), disusul kemudian oleh Perdana Menteri Israel Ehud Olmert (39 persen). Sementara tokoh yang paling populer di kalangan responden adalah pimpinan Hizbullah, Syed Hassan Nasrallah dan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Ditanya soal pemilu presiden di AS, 18 persen responden menilai Barack Obama lebih berpeluang untuk menciptakan perdamaian di di Timur Tengah, dibandingkan dengan Hillary Clinton (13 persen). Meski demikian, satu dari tiga responden meyakini bahwa siapapun yang akan menang dalam pemilu presiden itu, tidak akan mengubah kebijakan luar negeri AS. (ln/al-arby)