Setelah enam tahun, pemerintah AS mencabut larangan masuk ke AS pada dua cendikiawan Muslim, Pofesor Thariq Ramadan yang menetap di Swiss dan Adam Habib, cendikiawan Muslim di Universitas Johannesburg, Afrika Selatan.
Dalam pernyataan di situsnya, Ramadan menyambut gembira kebijakan AS itu. "Setelah lebih dari enam tahun, AS mengakhiri pengucilan terhadap diri saya," kata cucu pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir Hasan Al-Bana ini.
Selama pemerintahan Presiden George W. Bush, Ramadan tidak diperkenankan masuk ke AS dengan alasan Ramadan adalah tokoh Muslim yang mendukung terorisme. Tahun 2004, AS menolak permohonan visa Ramadan yang diundang mengajar di Universitas Notre Dame.
AS mengaitkan Ramadan dengan terorisme karena telah memberikan donasi sebesar 1.336 dollar antara tahun 1998 dan 2002 pada lembaga amal di Swiss yang oleh AS dimasukkan dalam daftar teroris pada tahun 2003.
Setelah Barack Obama menjabat sebagai presiden AS, pemerintahan Obama meminta pengadilan untuk mencabut kebijakan Bush terhadap Ramadan dan sejumlah intelektual Muslim Eropa lainnya. Dengan demikian, tidak ada alasan pemerintah AS untuk menolak visa Profesor Ramadan dan Profesor Habib jika ingin berkunjung ke AS.
"Kami tidak melihat keduanya atau salah satunya menjadi ancaman bagi AS," kata Jubir Deplu AS, Philip Crowley.
Ia mengatakan, pencabutan larangan masuk bagi kedua intelektual Muslim itu salah satu upaya Presiden Obama untuk meningkatkan hubungan dengan dunia Islam. "Kami ingin mendapatkan kesempatan mendapat kunjungan dari para cendikiawan Islam dan melakukan dialog dengan rakyat dan komunitas agama lainnya di AS," tukas Crowley.
Ramadan menilai, keputusan pemerintah Obama mencabut larangan masuk bagi dirinya dan Habib menandai era baru di AS.
"Kebijakan itu mengakhiri era kegelapan dalam politik AS, yaitu era dimana pertimbangan keamanan dipakai untuk menghalangi perdebatan kritis, dengan melakukan cara-cara pengucilan dan tuduhan yang tak berdasar," kata Ramadan, pemikir Islam yang oleh Majalah Times pernah dinobatkan menjadi salah satu dari 100 inovator abad 21 karena usaha-usaha yang dilakukannya untuk menciptakan independensi Islam di Eropa. (ln/iol)