AS akan mengundang 12 negara Arab termasuk Arab Saudi dan Suriah dalam konferensi Timur Tengah yang digagasnya.
Menlu AS Condoleeza Rice sudah membicarakan rencana konferensi itu pada hari Minggu (23/9) dengan perwakilan empat mediator perdamaian Israel-Palestina yaitu AS, PBB, Uni Eropa dan Rusia.
Dalam pembicaraan itu, Rice mengungkapkan keinginannya untuk mengundang sejumlah negara anggota Liga Arab, seperti otoritas Palestina, Suriah, Libanon, Qatar, Arab Saudi, Yordania, Mesir, Aljazair, Bahrain, Maroko, Sudan Tunisia dan Yaman.
Negara-negara tersebut, kecuali Mesir dan Yordania, adalah negara-negara Arab yang mengajukan inisiatif bahwa mereka siap mengakui eksitensi Israel, asalkan Israel memenuhi syarat-syarat yang mereka tetapkan.
Sejauh ini belum ada respon dari negara-negara Arab yang oleh AS disebut akan diundang dalam konferensi Timur Tengah yang digagas AS. Selama ini negara-negara Arab bersikap skeptis dengan konferensi tersebut. Mereka mengatakan bahwa konferensi itu tidak ada manfaatnya, kecuali jika konferensi itu memiliki tujuan yang jelas dan realistis.
Rice menyatakan akan menggelar pertemuan dengan para negara anggota Liga Arab untuk membujuk mereka agar mau ikut dalam konferensi yang rencananya akan di selenggarakan di Washington pada bulan November mendatang.
"Datang ke pertemuan ini, artinya membawa tanggung-tanggung jawab tertentu. Kami harap mereka yang datang benar-benar berkomitmen untuk membantu menemukan jalan keluar bagi Israel dan Palestina. Itu artinya mengecam kekerasan dan bekerja untuk mencari solusi damai, " ujar Rice.
Sementara itu, tim kwartet dalam keterangan persnya setelah bertemu selama dua jam menegaskan kembali sikap mereka untuk mendukung dialog antara PM Israel Ehud Olmert dan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
Tim kwartet yang terdiri dari AS, Rusia, PBB dan Uni Eropa juga menyatakan keprihatinannya melihat kondisi Ghaza dan menyerukan pemberian bantuan kemanusiaan ke wilayah itu.
Tim kwartet juga mengatakan perlunya dibahas penutupan-penutupan perbatasan Palestina yang dilakukan oleh Israel, karena penutupan perbatasan berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi warga Palestina, serta memicu serangan roket ke wilayah Israel. (ln/aljz/presstv)