Harian Haaretz terbitan Israel menyebutkan syarat yang disampaikan partner Israel, AS, bila Israel benar-benar ingin menyerang Ghaza.
Tiga syarat itu yang paling penting adalah; Pertama, tidak melukai Presiden Palestina Mahmud Abbas, kedua tidak melukai rakyat sipil dan ketiga tidak menghancurkan infrastruktur Ghaza.
Menurut Haaretz, Menlu Israel Tzipi Livni, memang terus melakukan komunikasi intensif setiap hari dengan rekan sejawatnya Menlu AS Condoleezaa Rice guna membincangkan perkembangan mutakhir konflik Israel-Palestina. Tzipi Livni sejak ditawannya serdadu Israel Kopral Ghilad Shalit oleh pejuang Palestina, disebutkan terus menerus meminta restu dan legalitas dunia, utamanya AS, untuk melakukan serangan militer terhadap Ghaza.
Harian Haaretz juga menyampaikan perihal kegelisahan pemerintahan Eropa yang selama ini justeru sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan yang dialami warga Palestina akibat embargo, tidak banyak memperhatikan aspek penangkapan petinggi Hamas. Tapi kini sudah ada berbagai kesepahaman antara pemerintah Eropa dengan apa yang dilakukan Israel.
Masih menurut Haaretz, kini media-media massa di Amerika memblow-up pemberitaan soal tanggung jawab Hamas atas apa yang menimpa rakyat Palestina saat ini. Ini artinya, Israel telah menang menarik simpatik dunia Barat atas kebrutalannya terhadap Muslim Palestina. (na-str/alquds)