Militer AS mengakui bahwa tingkat serangan terhadap pasukan AS di Irak makin meningkat dan kualitas serangannya juga makin canggih dan mematikan. Tak heran jika jumlah pasukan AS yang tewas di Irak, setiap hari terus bertambah.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Komandan Operasi Militer AS di Irak Mayor Jenderal James E. Simmons dalam wawancara yang dimuat surat kabar Washington Post edisi Minggu (3/6).
Ia menyatakan, dari taktik yang digunakan para pejuang Irak dalam menyerang pasukan AS, menunjukkan adanya tingkat latihan yang makin canggih. Kelompok-kelompok pejuang Irak, menurut Simmons makin jitu dalam mencapai target dan melakukan adaptasi terhadap posisi musuh.
Para pejuang Irak selama ini menggunakan bom-bom yang dipasang di jalan-jalan sebagai perlawanan terhadap pasukan penjajah AS. Mereka juga mengerahkan amunisi dalam jumlah besar, yang ditanam di dalam tanah untuk melindungi wilayah teritorial mereka.
Selain itu, ada kecenderungan para pejuang Irak kini lebih matang dalam merencanakan penyergapan dengan target pasukan AS dan dalam merencanakan sebuah operasi serangan dengan menggunakan aneka senjata. Sebagai contoh, kelompok penyerang menggunakan bom dengan target pasukan asing yang sedang berpatroli, setelah itu mereka menyerang pasukan darat atau pesawat yang datang, yang memberikan bantuan di lokasi penyerangan.
"Kami mulai menyaksikan hal yang lebih canggih dan terlatih dalam serangan-serangan mereka, " kata seorang pejabat militer senior AS di Baghdad yang enggan menyebut namanya.
Menurut Simmons, makin canggihnya taktik serangan para pejuang Irak menyebabkan jumlah pasukan AS yang tewas makin meningkat. Bulan Mei kemarin, merupakan bulan paling mematikan sepanjang invasi AS ke Negeri 1001 Malam itu. Pada bulan itu, tercatat 127 tentara AS tewas di Irak.
Dalam satu hari, Minggu (3/6) sembilan tentara AS di laporkan tewas dalam pertempuran dengan para pejuang Irak di berbagai wilayah. Dengan demikian, menurut catatan Pentagon, sampai hari Minggu kemarin, jumlah tentara AS yang tewas selama invasi mencapai 3. 483 orang.
Lebih lanjut Simmons menyatakan, para pejuang di Irak baik dari kelompok Sunni maupun Syiah kini lebih memfokuskan serangannya pada tentara AS, dan bukan lagi pada pasukan keamanan Irak atau kelompok lainnya.
Mengomentari perubahan ini, pakar masalah Irak dari Queen Mary College University of London Toby Dodge mengatakan, bahwa para pejuang Irak kini mulai merespon dan melakukan pembalasan terhadap pasukan AS.
"Pada bulan Februari, semua lini-termasuk al-Qaidah di Irak dan Jaish al-Mahdi-mundur untuk menyusun gelombang serangan. Pada akhir April dan Mei, mereka maju lagi dan dengan agresif menguji kekuatan pasukan AS, " papar Dodge.
Ia memprediksikan, kondisi pasukan AS di Irak akan makin memburuk. "Kita sedang menunggu musim panas yang mengerikan, " ujar Dodge.
Ungkapan pesimisme juga diungkapkan Letnan Jenderal Ricardo Sanchez yang pernah menjabat sebagai komandan pasukan AS di tahun-tahun awal invasi AS ke Irak. Sanchez menyatakan, AS sebaiknya melupakan impian bisa menang di Irak.
"Saya pikir, jika kita melakukan sesuatunya dengan benar baik secara politik maupun ekonomi dengan kepemimpinan di Irak, kita bisa menyelamatkan diri dari jalan buntu ini, paling tidak selamat dari kekalahan, " tukasnya. (ln/iol)