Amerika Serikat tak henti-hentinya menebar kekacauan di dunia. Sejumlah sumber mengungkapkan, negara Paman Sam itu kemungkinan akan melakukan agresi militernya ke Iran sebelum bulan April 2007.
Pemimpin redaksi Arab Times, Ahmad al-Jarallah dalam artikelnya yang dimuat situs CounterCurrents.org edisi hari Senin (15/1) mengutip seorang sumber yang bisa dipercaya, yang mengungkapkan bahwa baru-baru ini Presiden Bush melakukan pertemuan dengan wakil presiden Dick Cheney, Menteri Pertahanan Robert Gates, Menlu Condoleezza Rice dan sejumlah asistennya di Gedung Putih, untuk membahas detil rencana serangan ke Iran.
AS rencananya akan melakukan serangan ke Iran dari laut dan menyiapkan rudal-rudal Patriotnya untuk menjaga negara-negara penghasil minyak yang bertetangga dengan Iran.
Sumber tadi mengatakan, Wapres Dick Cheney menyatakan bahwa Iran menjadi ancaman bukan hanya bagi Arab Saudi, tapi bagi seluruh wilayah Teluk.
"Teheran tidak sedang bermain politik. Para pemimpin Iran memanfaatkan pengaruh agama di negara mereka untuk memberikan dukungan pada ambisi rejim yang agresif untuk memperluas wilayah, " kata sumber tadi mengulang pernyataan Cheney.
Lebih lanjut, sumber yang tidak mau disebut namanya itu mengatakan, para peserta pertemuan di Gedung Putih itu menunjukkan kesetujuannya untuk memperlakukan sangsi tegas pada Iran sebelum bulan April 2007, tanpa harus membahayakan negara-negara lainnya yang ada di kawasan Teluk.
"Mereka memilih bulan April, seperti yang pernah diungkapkan PM Inggris Tony Blair bahwa jabatannya akan berakhir pada bulan itu. Jadi, AS harus melakukan tindakan terhadap Iran dan Suriah sebelum April 2007, " ungkap sumber tadi.
Sumber itu juga mengemukakan alasan mengapa AS akan menyerang Iran dari laut, bukan dari negara lain di kawasan Teluk. Menurutnya, "AS dan sekutunya akan menargetkan instalasi-instalasi minyak dan fasilitas nuklir Iran serta memastikan tidak akan menimbulkan dampak berupa bencana lingkungan atau dampak sesudahnya."
"AS sudah mulai mengirim kapal-kapal perangnya ke Teluk dan pengiriman itu akan berlanjut sampai Washington merasa jumlahnya sudah cukup sampa akhir bulan ini, " sambung sumber tadi.
"Pasukan AS di Irak dan di negara-negara lain di kawasan Teluk akan memberikan perlindungan terhadap serangan misil-misil Iran dengan menggunakan sistem rudal Patriot, " tambahnya.
Sumber tadi melanjutkan, meski Menteri Pertahanan AS Robert Gates dan Menlu Condoleezza Rice menyarankan agar rencana serangan ditunda, Presiden Bush dan Wapres Dick Cheney tetap memaksa untuk melakukan serangan ke Iran tanpa ada negosiasi. Pemerintahan Bush meyakini, dengan menghancurkan Iran akan tercipta keseimbangan baru peta kekuatan di kawasan Teluk, meredakan ketegangan di Irak dan membuka jalan bagi proyek demokrasi AS yang dianggap terhambat karena adanya intervensi Iran dan Suriah di Irak. Serangan ke Iran, juga diyakini Bush akan memperlemah rejim di Suriah yang pada akhirnya akan tumbang.
Keseriusan AS untuk menyerang Iran, sebenarnya sudah terlihat dari ancaman-ancaman yang kerap dilontarkan Presiden Bush dan pejabat pemerintahan AS lainnya. Belakangan Gedung Putih, Minggu (14/1) menyatakan, siap "menghadapi Iran" dengan tindakan.
Dalam sejumlah wawancara, pejabat pemerintahan AS seperti Wapres Dick Cheney, Menlu Condoleezza Rice dan penasehat keamanan dalam negeri Stephen Hadley selalu mengungkapkan tudingan soal keterlibatan Iran di Irak dan bukan tidak mungkin pasukan AS melakukan serangan ke perbatasan.
Belum lama ini, pasukan AS bahkan menagkap sejumlah staff dan diplomat konsulat Iran di Arbil, wilayah Kurdi di utara Irak. AS menuduh warga negara Iran yang mereka tangkap adalah anggota Garda Revolusioner Iran yang menyediakan dana, memberikan bantuan senjata dan penggunaan bahan peledak teknologi tinggi serta melatih kelompok-kelompok ekstrim untuk mengganggu stabilitas Irak dan menyerang pasukan koalisi.
Pemerintah Iran membantah semua tuduhan itu dan meminta agar AS membebaskan semua warga negaranya yang ditangkap. Permintaan itu tak digubris AS dan malah menuding Iran sengaja memancing di air keruh di Irak. (ln/CC/MoL-pic)