AS Adili Ilmuwan Pakistan Atas Tuduhan Terorisme, Setelah Lima Tahun Hilang

Aafia Siddiqui, seorang ilmuwan perempuan asal Pakistan dinyatakan akan diadili di pengadilan AS setelah bertahun-tahun dilaporkan hilang bersama tiga orang anaknya, saat melakukan perjalanan ke kampung halamannya, Pakistan. Siddiqui diadili di pengadilan AS setelah diekstradisi dari Afghanistan atas tuduhan terorisme.

Pengadilan AS menuduh Siddiqui punya hubungan dengan jaringan al-Qaidah dan melakukan upaya pembunuhan terhadap aparat keamanan AS saat ditawan di penjara AS di Afghanistan. Menurut aparat berwenang di AS, Siddiqui yang juga seorang pakar dibidang syaraf ini, ditangkap pada 17 Juli di Afghanistan karena membawa dokumen tentang cara membuat bahan peledak dan sejumlah bahan kimia.

Sementara tentang tuduhan upaya pembunuhan terhadap aparat keamanan AS, disebutkan bahwa Siddiqui merebut senjata M-4 petugas saat diinterogasi dan melepaskan tembakan sebanyak dua kali, tapi meleset. Namun menurut, kuasa hukum Siddiqui, tidak mungkin kliennya melakukan tindakan itu karena kondisi fisiknya sudah sangat lemah untuk melawan aparat keamanan AS.

Kepolisian Afghanistan dan sejumlah organisasi hak asasi manusia di Pakistan meragukan kebenaran penjelasan pihak AS tentang tertangkapnya Siddiqui. Tim kuasa hukum Siddiqui menduga, selama lima tahun menghilang, kliennya itu sebenarnya berada di penjara rahasia AS atau penjara negara yang menjadi sekutu AS. Sedangkan tuduhan percobaan pembunuhan, hanya alasan agar AS bisa membawa Siddiqui ke pengadilan di wilayah AS.

Siddiqui bersama tiga anaknya dinyatakan hilang di Karachi pada 30 Maret 2003. Sehari setelah dikabarkan hilang, koran-koran lokal memberitakan bahwa Siddiqui ditangkap atas tuduhan terorisme. Tahun 2004, AS mencantunkam nama Siddiqui dalam daftar tersangka jaringan al-Qaidah. Jika terbukti bersalah, Siddiqui terancam hukuman 20 tahun penjara untuk masing-masing tuduhan.

Menurut kuasa hukum Siddiqui, kliennya adalah seorang Muslimah yang taat. Ketika di AS, ia aktif dalam kegiatan penggalangan dana untuk berbagai lembaga sosial Islam. Namun oleh AS, Siddiqui dicurigai mengumpulkan dana untuk al-Qaidah.

Saudara perempuan Siddiqui, Fauzia juga mengecam AS yang telah memenjarakan saudaranya selama lima tahun. Ia juga meragukan keterangan pihak AS tentang penangkapan saudarinya itu.

"Bohong besar, setelah lima tahun dipenjara yang penuh siksaan, Aafia tiba-tiba ditemukan di Afghanistan. Saudari saya tidak bersalah dan tidak pernah dituduh melakukan tindakan kriminal apapun sebelum ini, " kata Fauzia yang berprofesi sebagai dokter.

Menurut Fauzia, ia dan keluarganya diancam akan dibunuh jika berani membicarakan kasus ini. Keluarganya juga tidak tahu ke mana tiga anak Siddiqui yang ikut dengannya saat ia ditangkap.

Kasus ini memicu ketegangan baru antara AS-Pakistan dan memicu meningkatnya sikap anti-AS di Pakistan. Warga Pakistan turun ke jalan memprotes penahaman Siddiqui oleh pemerintah AS. Duta Besar Pakistan untuk AS Hussain Aqqani sudah meminta pada AS agar memberikan akses konsuler untuk Siddiqui.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Komisi Hak Asasi Manusia negara Pakistan Iqbal Haider menilai tuduhan-tuduhan yang dikenakan pada Siddiqui adalah "tuduhan palsu dan dibuat-buat." Ia meminta proses hulum atas Siddiqui dilakukan oleh sebuah pengadilan yang independen dan tidak dilakukan di pengadilan terorisme di Guantanamo. (ln/presstv/al-araby)