Argentina Perintahkan Penangkapan Mantan Presiden Iran

Hakim Federal di Argentina menginginkan penangkapan manta presiden Iran, Hashemi Rafsanjani dan delapan orang Iran lainnya. Rafsanjani dan kedelapan orang itu dituduh terlibat dalam peristiwa pengeboman sebuah Pusat Kebudayaan Yahudi tahun 1994 lalu, yang menewaskan 85 orang.

Pada para wartawan lokal di kantornya di Buenos Aires, ibukota Argentina, Hakim Rodolfo Canicoba Corral mengatakan, dia telah memerintahkan "penangkapan internasional" terhadap Rafsanjani dan delapan orang lainnya. Untuk itu Corral sudah meminta bantuan pada Interpol.

Corral mengeluarkan perintah penangkapan itu pada Kamis (9/11) dengan tuduhan sejumlah pemimpin pemerintahan Iran telah merancang serangan teroris yang paling buruk di negara Argentina.

Rafsanjani menjadi presiden Iran antara tahun 1989 dan 1997. Sekarang, ia mengepalai Dewan Kebijakan di Iran.

Corral tidak menjelaskan apakah ia sudah mengeluarkan surat penangkapan resmi dengan keluarnya perintah itu. Namun menurut Corral, ia sudah mengeluarkan sebuah "peringatan internasional" pada Iran agar memenuhi permintaannya, karena ia sudah menerima bukti-bukti "serius" yang bisa menjadi dasar kuat penangkapan kesembilan orang tersebut.

"Bagaimana Interpol atau pemerintah Iran mengevaluasi permintaan ini, itu di luar yuridiksi saya," kata Corral.

Corral juga mengisyaratkan keengganannya untuk menempuh langkah diplomatik, dengan alasan "proses diplomatik akan makan waktu lama."

Menanggapi perintah Corral, Iran menyatakan menolak upaya penangkapan terhadap Rafsanjani dan warga negara Iran lainnya.

Hal itu disampaikan utusan diplomatik Iran di Buenos Aires, Muhsin Baharvand. Ia mengatakan, perintah penangkapan itu bermotifkan politik dan sejumlah pejabat Iran akan melakukan pertemuan dengan Interpol untuk menolak perintah hakim Argentina itu.

"Kami menolak dan mengecam tuduhan ini," tegas Baharvand, seraya mengatakan bahwa perintah itu "mengandung banyak ketidakberesan" dan didorong oleh kepentingan AS dan Israel.

Para penyelidik kasus pengeboman pusat kebudayaan Yahudi di Buenos Aires yang terjadi tahun 1994 lalu menyatakan, bom dibawa dalam sebuah van menuju ke gedung pusat kebudayaan itu dan diledakkan dengan detonator. 85 orang tewas dalam aksi tersebut dan 200 orang lainnya luka-luka.

Pemerintah Iran membantah keterlibatan negaranya dalam peristiwa tersebut seperti yang kerap dituduhkan oleh komunitas Yahudi dan para pemimpin Argentina.

Kepala penyelidik Alberto Nisman bulan Oktober kemarin kembali melontarkan tuduhan dengan mengatakan bahwa keputusan untuk menyerang pusat kebudayaan itu "sudah diambil pada 1993 oleh otoritas tertinggi" pemerintah Iran pada saat itu dan aksi serangan itu dipercayakan pada kelompok Hizbullah.

Nisma juga meminta Canicoba Corral untuk menangkap sejumlah mantan pejabat Iran termasuk mantan kepala intelejen Iran, Ali Fallahijan, mantan menteri luar negeri, Ali Akbar Velayati, dua mantan komandan Pengawal Revolusi, dua mantan diplomat Iran dan seorang kepala keamanan Hizbullah untuk hubungan luar negeri.

Corral membenarkan bahwa ia mencari semua orang itu dan satu orang Iran yang tidak masuk dalam daftar penangkapan oleh jaksa, yaitu mantan duta besar Iran untuk Argentina, Hadi Sulaimanpour.

Argentina juga menuding kelompok Hizbullah dalam aksi serangan bom ke kedutaan besar Israel di Argentina pada bulan Maret 1992 yang menewaskan 29 orang. (ln/aljz)