Ketua bidang perekrutan sumber daya manusia kamar dagang dan industri Kerajaan Arab Saudi Saad Al-Baddah akan bertolak ke Jakarta untuk membahas tuntutan pemerintah Indonesia soal kenaikan gaji para TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di negara kaya minyak itu.
Baru-baru ini, pemerintah Indonesia menetapkan perubahan struktur gaji bulanan TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri, dari 125 dollar per bulan menjadi 470 dollar per bulan. Indonesia mengikuti langkah pemerintah Phillipina yang sudah lebih dulu menetapkan kenaikan gaji tenaga kerjanya yang bekerja di luar negeri.
"Indonesia sudah mengumumkan kenaikan gaji yang sepertinya mengikuti Phillipina, " kata Abdullah Al-Abdulatif, anggota komite bidang perekrutan tenaga kerja kamar dagang dan industri Riyadh.
Hal tersebut diakui seorang pejabat di Konsulat Jenderal Indonesia, Rabu (20/6). "Kita harus ikut menyesuaikan, " kata pejabat tadi seperti dikutip Arabnews.
Phillipina memang sudah menetapkan sejumlah persyaratan baru bagi Saudi yang akan mempekerjakan warga negaranya sebagai pembantu rumah tangga. Salah satu persyaratan baru itu adalah standar gaji dari 700 riyal menjadi 1. 500 riyal. Namun persyaratan ini ditolak oleh Al-Baddah.
Ketentuan baru struktur gaji TKI ini, membuat resah para agen perekrutan tenaga kerja di Saudi. Mereka mengatakan, sekarang, mempekerjakan pembantu rumah tangga asal Indonesia biayanya jadi mahal. Apalagi mereka juga harus mengeluarkan biaya untuk pengurusan visa, paling sedikit sebesar 2. 000 riyal.
Mereka menyebut kebijakan baru pemerintah Indonesia tentang kenaikan gaji tersebut sebagai kebijakan yang "sepihak" dan "tidak logis", karena diputuskan tanpa konsultasi terlebih dulu dengan pihak Saudi. Persoalan ini, tambah Al-Abdullatif, juga telah menyebabkan tertundanya kedatangan tenaga kerja pembantu rumah tangga dari Indonesia.
Para agen tenaga pembantu di Saudi, kini mulai berpikir untuk mencari tenaga-tenaga kerja dari negara lain, seperti dari Vietnam dan Kamboja.
Sementara itu Al-Baddah mengatakan, pihaknya akan membicarakan masalah ini dengan Indonesia dan menyarankan para agen tenaga kerja lokal untuk menunggu hasilnya sampai ia kembali dari Jakarta.
Indonesia, Phillipina dan Sri Lanka adalah negara-negara yang paling banyak mengirimkan tenaga kerja sebagai pembantu rumah tangga di Saudi. Jumlah warga Indonesia di Saudi diperkirakan mencapai 850 ribu orang dan lebih dari 60 persennya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sedangkan Phillipina, dari 800 ribu warga negaranya yang ada di Saudi, 240 ribu di antaranya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. (ln/arabnews)