Apa Jadinya Obama Tanpa Mubarak?

Mesir adalah negara kunci dalam urusan Timur Tengah. Namun, secara umum dalam dua dekade terakhir, peran Mesir dalam urusan Timur Tengah memang menurun tidak hanya di kalangan pemerintah tetapi juga dalam urusan opini publik.

Dibandingkan dengan periode Gamal Abden Nasser bahwa Mesir adalah penggerak di wilayah ini, Anwar Sadat dan Husni Mobarak dinilai sebagai dekade penurunan dalam sejarah Mesir di Timur Tengah.

Setelah tahun 1930-an, pertama melalui aktivitas Ikhwan, kemudian melalui nasionalisme Arab, Mesir mendapatkan peran yang berpengaruh di Timur Tengah, terutama karena dukungan aktif kepada Palestina. Setelah perjanjian Camp David, Mesir kehilangan dukungan publik Arab, sesuatu yang tak pernah mereka alami sebelumnya.

Jelas sekali, Mesir memegang peranan penting dalam masalah Palestina dan merupakan faktor kunci. Negara-negara Arab biasanya akan ikut dengan berbagai kebijakan Kairo sehubungan dengan Palestina dan tentu juga: Israel.

Dan selama bertahun-tahun, walaupun tidak "segarang" Nasser, Mobarak dinilai sebagai mitra yang pas untuk negara asing, terutama menyangkut diplomatik dengan Israel dan Amerika.

Saat ini kita semua tahu, Mubarak menderita sakit kronis, hingga secara medis, ia diprediksi, tidak akan bisa hidup lebih dari setahun lagi. Setelah Mubarak, siapa yang akan jadi penggantinya? Apa dampaknya terhadap kepentingan asing? Itulah yang mungkin jadi pertanyaan besar Amerika.

Mubarak telah menjabat presiden Mesir sejak tahun 1981. Selama ini Mubarak telah dianggap sebagai penyeimbang dan duta besar demokrasi di Timur Tengah. Dan kehilangan Mubarak, bagi Obama, ini berarti perubahan kebiasaan, perubahan kebijakan, dan perubahan agenda Bush.

Itulah ironi yang dirumuskan Obama: tekanan berat kepada Mubarak pernah menjadi kebijakan yang diterapkan oleh Condoleezza Rice, tapi ditentang oleh rezim Mesir dan akhirnya ditinggalkan oleh pemerintahan Bush demi stabilitas.

Tampaknya, walau bagaimanapun, apa pun pilihan Obama setelah kepergian Mubarak, akan menjadi pengulangan kebijakan Bush. Dia hanya perlu memutuskan apakah lebih tepat mempertahankan rezim ataukah kaum reformis.

Dan dia harus membuat keputusan ini tanpa diketahui oleh rakyat Mesir, ketika Mubarak mangkat, dan tanpa kehadiran menenteramkan yang paling handal dari semua penasihat Timur Tengah: Hosni Mubarak. (sa/slate/allacademic)