Sikap anti-Semit di Belgia meningkat di kalangan masyarakat Belgia sepanjang tahun 2009. Peningkatan itu bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan sikap anti-Muslim usai serangan 11 September 2001 di AS.
Hal itu terungkap dalam laporan lembaga anti rasial pemerintah Belgia, Centre for Equal Opportunities and Opposition to Racism. Laporan itu mencatat kasus berlatarbelakang anti-Semit yang terjadi pada empat bulan pertama tahun 2009, jumlahnya hampir sama dengan kasus yang tercatat sepanjang tahun 2008.
Menurut direktur lembaga itu, Jozef De Witte, meningkatnya kasus-kasus anti-Semit di Belgia sebagai dampak dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel-Palestina.
Antara tahun 2004 dan 2008, lembaga yang bertanggung jawab langsung pada perdana menteri Belgia itu mencatat sedikitnya 60 kasus anti-Semit setiap tahunnya.Tapi di tahun 2009, jumlah yang sama tercatat dalam hanya dalam jangka empat bulan pertama. Kasus-kasus yang terjadi kebanyakan kasus penyebaran email berisi kebencian terhadap Yahudi, selebihnya kasus yang melibatkan kekerasan fisik atau kekerasan verbal berupa cemoohan atau ejekan. Pelakunya, menurut laporan lembaga itu, kebanyakan kelompok Muslim dan organisasi atau individu dari kelompok ekstrim kanan di Belgia.
"Realitas ini sebanding dengan kampanye kebencian terhadap Muslim di Belgia pasca serangan teroris ke gedung World Trade Center di New York," kata De Witte.
Tapi sejumlah tokoh Yahudi di Belgia menolak pernyataan itu. "Kedua realitas itu tidak bisa dibandingkan," kata David Lowy, pendiri organisasi anak mudah Yahudi, JOBI.
"Serangan-serangan terhadap Muslim yang dilakukan kelompok ekstrim kiri setelah peristiwa 11 September, patut disayangkan. Tapi ketika itu tidak ada masjid-masjid yang dibakar seperti yang terjadi bulan Januari ketika sinagog-sinagog dibakar. Muslim tidak merasa terancam ketika berada di jalan," ujar Lowy.
Lowy juga beralasan, serangan 11 September dilakukan dengan mengatasnamakan Islam. Sedangkan invasi Israel ke Jalur Gaza adalah untuk membela diri yang tidak ada hubungannya dengan Yahudi di Belgia.
De Witte mengatakan, konflik di Timur Tengah berpengaruh pada kasus-kasus rasial di Belgium. Ia mengakui adanya kekhawatiran insiden-insiden berlatar belakang rasial itu akan makin meningkat dari segi jumlah dan bentuknya, seiring masih rawannya situasi konflik di Timur Tengah. (ln/htz)