Pemerintah Angola Selasa kemarin membantah telah melarang Islam dan masjid di negara itu , setelah memicu kemarahan umat Islam di seluruh dunia .
“Tidak ada perang di Angola melawan Islam atau agama lain , ” kata Manuel Fernando , direktur Institut Nasional untuk Urusan Agama , bagian dari kementerian kebudayaan .
” Tidak ada posisi resmi pemerintah yang menargetkan penghancuran atau penutupan tempat ibadah , ” kata Fernando AFP .
Laporan bahwa Angola , negara Katolik konservatif , akan menindak komunitas Muslim , telah menarik kecaman dari Organisasi Kerjasama Islam dan organisasi Islam lainnya.
Di Mesir , mufti Shawqi Allam mengatakan langkah Angola tersebut akan menjadi sebuah provokasi tidak hanya untuk umat Islam Angola tetapi juga untuk lebih dari 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia ” .
Negara Afrika bagian selatan yang kaya akan minyak itu memiliki populasi sekitar 18 juta orang , beberapa ratus ribu di antaranya adalah Muslim .
Pada bulan Oktober kementerian kehakiman menolak aplikasi pembentukan ormas dari 194 organisasi , termasuk salah satu dari komunitas Islam .
David Ja , juru bicara komunitas Muslim lokal , menantang kebijakan pemerintah dan mengatakan bahwa sejumlah masjid sudah ditutup .
Ja mengutuk apa yang ia sebut sebagai ” penganiayaan politik ” dan ” intoleransi agama. ”
” Masjid ditutup pekan lalu di Huambo ( di selatan ) dan kami telah mengalami tekanan pada pekan ini terhadap sebuah masjid di Luanda , ” katanya .
Menurut kementerian budaya berkilah bahwa penutupan masjid tersebut terkait dengan kurangnya izin sertifikat tanah yang diperlukan , izin bangunan atau dokumen resmi lainnya . (Arby/Dz)